Kabah Institute Gelar Ngopi Series, Dorong Muktamar PPP Dipercepat
Jurnalis: Wafil M
Kabar Baru, Jakarta – Kabah Institute gelar ngopi series, diskusi serial transformasi PPP guna menyiapkan gagasan dan platform perubahan secara komperhensif, (Kamis,13/6/2024). Kegagalan PPP menembus parlemen di pemilu 2024 harus dilakukan evaluasi secara menyeluruh untuk mempersiapkan pemilu selanjutnya.
Politisi senior PPP Anwar Sanusi mendorong Plt Ketua Umum PPP Mardiono agar segera melakukan percepatan muktamar. Hal ini sebagai upaya untuk mengkonsolidasikan seluruh elemen ditubuh PPP.
“Muktamar itu bukanya hanya soal pergantian pimpinan tapi konsolidasi, dan konsolidasi itu butuh waktu untuk menggerakkan mesin partai hingga akar rumput,” jelasnya.
Menurutnya PPP sebagai partai warisan ulama tidak boleh hilang atau tinggal Sejarah. Sebab itu PPP harus segera lakukan percepatan muktamar supaya konsolidasi bisa jalan dan bisa recovery lagi.
“Berkaca dari pengalaman sebelumnya dari jaman buya Ismail Hasan Metareum, Hamzah Haz, Surya Darma Ali, muktamar selalu dilaksanakan lebih awal. Jadi acuan untuk mempercepat muktamar itu ada landasan rasionalnya dan bisa dipertanggung jawabakan,” terang Anwar Sanusi.
Lanjut dia, Mardiono telah gagal membawa PPP menuju senayan karena hanya mendapatkan suara 3,87 persen tidak memenuhi ambang batas parlemen threshold yaitu 4 persen.
“Tentu ini harus menjadi evaluasi kita bersama agar di pemilu selanjutnya PPP bisa on the track lagi,” ungkapnya.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Eksekutif Kabah Institute Qoyum Abdul Jabbar mengatakan Diskusi serial transformasi ini sebagai upaya menyiapkan gagasan dan platform perubahan secara komprehensif.
“Karena tidak ada gerakan perubahan yang berhasil tanpa dilandasi oleh kekuatan gagasan,” ujar Qoyum.
Ketua DPP PPP ini juga mengatakan transisi kepemimpinan adalah hal yang wajar, berbicara kepemimpinan bukanlah hal yang tabu melainkan sebuah keharusan.
“Dan iktiar kita saat ini menawarkan gagasan yang jelas akan sebuah perubahan agar PPP bisa bangkit lagi. Muktamar bisa lebih cepat dan kita sudah harus siap dengan gagasan-gagasan untuk perubahan,” jelasnya.
“Ini supaya PPP hadir dengan formulasi baru karena yang kita hadapi saat ini adalah transisi demografi dimana pemilih muda atau gen Z lebih dominan” imbuh dia.
Sementara pengamat politik Adi Prayitno mengatakan kegagalan PPP d parlemen merupakan kesedihan bagi aktivis islam.
“Tentu ini menjadi berita duka bagi aktivis islam. Kita semua merasa kehilangan karena bagaimanapun PPP punya variable historis dengan aktivis islam di Indonesia,” ulasnya.
Dia menjelaskan transformasi PPP harus membaca pemilih muda yang mayoritas, dengan tetap menjaga basis pemilih gen x dan baby boomer. Dan Pilkada adalah upaya mempertahankan basis massa sehingga dorong dan dukung kader sepenuhnya.
Lanjut Adi, PPP masih punya resourse dan pengalaman, yang terpenting basis yang sekarang harus dijaga. Pemilih kita saat ini cukup rasional dan punya referensi politik yang tidak bisa di intervensi oleh siapapun.
“Sebab itu kedepan PPP harus benar-benar bekerja untuk merebut suara pemilih muda. Semoga partai islam terus ada di parlemen,” tukas Adi.