BRIN dan Korsel Siap Berkolaborasi di Bidang Pemanfaatan Infrastruktur Riset
Jurnalis: Faisol Bin Ali
Kabar Baru, Jakarta – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bekerja sama dengan pemerintah Korea Selatan melalui STEPI, KAERI dan KBSI menyelenggarakan kegiatan Dissemination Forum on Design and Implementation of R&D Support Policy for Improvement of Science, Technology and Innovation System in Indonesia.
Kegiatan itu berlangsung di Gedung Innovation Convention Center (ICC) Kawasan Sains dan Teknologi (KST) Soekarno BRIN, Kegiatan ini merupakan bagian dari rangkaian perhelatan InaRi Expo 2023.
Direktur Perumusan Kebijakan Riset, Teknologi, dan Inovasi – BRIN, Dudi Hidayat menyampaikan jika seminar tersebut merupakan bagian dari kerja sama berkelanjutan antara BRIN dengan STEPI yang sudah dirintis sejak tahun 2014.
“Di tahun 2023 ini kita melanjutkan kerja sama antara BRIN dengan STEPI, dimana sebelumnya STEPI telah bekerja sama dengan LIPI di tahun-tahun sebelumnya,” jelas Dudi.
“Di seminar ini, kita mencoba untuk menjawab tantangan saat ini akan kebijakan pengelolaan dan pemanfaatan infrastruktur di Indonesia, salah satu program yang kita lakukan yaitu dalam hal mendesain, dan mengevaluasi sistem infrastruktur riset yang ada di BRIN,” imbuhnya.
Dudi juga berharap agar kerja sama antara BRIN dengan STEPI dapat terus berlanjut kedepannya.
“Kami berharap kerja sama antara BRIN dengan STEPI, KAERI, dan KBSI dapat berlangsung terus dalam upaya peningkatan ilmu pengetahuan, teknologi dan sistem inovasi,” harapnya.
Project Manager of STEPI, Eun Joo Kim menyebutkan jika kerja sama antara BRIN dengan STEPI berfokus pada perancangan dan implementasi infrastruktur yang ada di BRIN.
“Tahun ini kami memulai program kerja sama antara dengan BRIN, yang berfokus kepada Perancangan dan Implementasi infrastruktur penelitian BRIN dan penetapan kebijakan serta peningkatan sistem ilmu pengetahuan, teknologi dan inovasi di Indonesia,” jelasnya.
Lebih lanjut Eun mengungkapkan bahwa pemerintah Korea Selatan mendukung STEPI melakukan kerja sama bilateral dengan berbagai pihak.
“Saat ini pemerintah Korea memberikan dukungan penuh kepada kami untuk bisa membangun kerja sama terutama dalam hal penelitian dan pengembangan bilateral dengan negara lain, sehingga kita bisa bekerja sama dan bertukar pengalaman serta informasi,” ungkapnya.
“Tidak hanya dari STEPI, namun kita juga dibantu oleh KAERI dan KBSI untuk memberikan pengalaman dan pengetahuannya akan perancangan dan implementasi infrastruktur, dan bisa bersama membahas isu yang ada mengenai hal tersebut,” tambah Eun.
Sementara itu, Tjahjo Pranoto, Koordinator Pengembangan Infrastruktur dan Tata Kelola Bidang keteknikan, Direktorat Pengelolaan Laboratorium, Fasilitas Riset, dan Kawasan Sains dan Teknologi BRIN mengungkapkan tantangan setelah penggabungan berbagai badan riset menjadi BRIN.
“Kita memiliki tiga tujuan dan tujuh target, salah satu tujuannya adalah integrasi riset dan inovasi termasuk didalamnya ada SDM, infrastruktur dan anggaran,” ungkap Tjahjo.
“Kami menyadari jika hal tersebut cukup sulit untuk dilakukan sendiri sehingga kami perlu kerja sama dengan pihak luar untuk bisa menyelesaikan integrasi termasuk dalam hal infrastruktur. Target terdekat kami saat ini adalah mengintegrasikan regional laboratorium network dan kedepan berlanjut ke nasional bahkan global laboratorium network,” tambahnya.
Kebijakan Pengelolaan dan Pemanfaatan Infrastruktur Riset
Terkait dengan pentingnya fasilitas riset dalam suatu negara, Sungil Park, Peneliti dari Departemen Strategi dan Kebijakan Nuklir KAERI menjelaskan bahwa fasilitas riset berskala besar bagi suatu negara sangat penting untuk bersaing di garis depan iptek.
“Fasilitas-fasilitas ini meskipun dengan kemampuan terbatas, dapat memberikan peluang untuk mendidik dan melatih ilmuwan dan periset di masa depan,” ujar Sungil.
Menurut Sungil untuk menjamin efektivitas kinerja fasilitas tersebut, negara dapat melakukan beberapa langkah penting.
“Misalnya berinvestasi pada Sumber Daya Manusia (SDM) yang terdidik dan terlatih, memastikan kebijakan pemerintah sesuai dengan gagasan fasilitas riset berskala besar, menyediakan pendanaan dalam berbagai tahap dan memungkinkan komitmen jangka Panjang,” terangnya.
“Memberikan layanan penuh kepada pengguna, memberik, mempekerjakan ilmuwan asing, menerapkan pengawasan yang kuat terhadap fasilitas tersebut, dan melakukan evaluasi mendalam secara berkala,” lanjut Sungil.
Dalam kesempatan ini, Yongjoo Kim, Peneliti dari Pusat Peralatan dan Fasilitas Riset Nasional KBSI membeberkan cara untuk memaksimalkan penggunaan infrastruktur riset.
“Tujuan kami adalah agar infrastruktur riset kami dapat dimanfaatkan dengan baik, maka kami mengupayakannya dengan berinvestasi strategis pada peralatan yang kami adakan, mempromosikan penggunaan bersama, mendidik dan melatih SDM serta mengelola pengoperasian fasilitas kami dengan baik,” papar Yongjoo.
Sujeong Seo, Peneliti dari Pusat Peralatan dan Fasilitas Riset Nasional KBSI lainnya membagi pengalamannya dalam mengelola infrastruktur riset di Korea Selatan.
“Semua kerja keras yang kami lakukan adalah untuk meningkatkan produktivitas penelitian, dan untuk tujuan ini, manajemen harus efisien dan infrastruktur riset harus lebih banyak digunakan bersama,” ujar Sujeong.
Dikatakan oleh Sujeong untuk pengelolaan yang lebih baik, KBSI mengadakan pendidikan dan pelatihan, menjaga hubungan baik dengan masyarakat dan melakukan survei dalam rangka pencarian fakta untuk penetapan kebijakan-kebijakan KBSI.