Batam, Wajah Ekonomi Indonesia di Halaman Depan Singapura

Jurnalis: Zuhri
Kabar Baru, Batam– Senator Agustinus R. Kambuaya, S.IP, S.H., bersama Pimpinan dan Anggota Komite II DPD RI, melakukan kunjungan kerja ke Batam, Kepulauan Riau, pada 11–13 Juli 2025.
Dalam kunjungan tersebut, Komite II menyoroti posisi strategis Batam sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) sekaligus wajah terdepan ekonomi Indonesia yang berhadapan langsung dengan Singapura.
Batam saat ini telah resmi ditetapkan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dengan fokus pengembangan pada sektor pariwisata dan kesehatan internasional, berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2024.
KEK Batam mencakup wilayah Sekupang dan Nongsa, dengan tujuan utama menarik investasi serta mendorong pertumbuhan ekonomi regional dan nasional.
Model Ekonomi Kawasan di Negara Kepulauan
Agustinus menilai, sebagai negara kepulauan, Indonesia perlu mendorong pendekatan pembangunan berbasis wilayah. Menurutnya, Batam bisa menjadi contoh nyata bagaimana pendekatan ekonomi kawasan dapat diterapkan secara efektif.
“Batam bukan hanya gerbang Indonesia di bagian barat, tapi juga wajah depan NKRI yang langsung berhadapan dengan Singapura. Itu sekaligus menjadi keunggulan dan tantangan,” ujar Agustinus kepada Kabarbaru.co.
Ia mempertanyakan, apakah Batam akan menjadi “Player Economic Zone” yang kompetitif, atau justru terpinggirkan dan hanya menjadi pasar bagi produk asing.
Diperlukan Infrastruktur dan Tata Kelola yang Kuat
Untuk menjawab tantangan itu, Agustinus menekankan pentingnya penguatan sejumlah elemen utama, seperti pasokan listrik yang stabil, infrastruktur jalan yang memadai, air bersih yang terjangkau, serta penataan sistem pengelolaan pendapatan daerah.
“Kalau elemen-elemen dasar ini tidak diperkuat, maka potensi besar Batam bisa justru dimanfaatkan oleh negara lain,” tegasnya.
Fokus Dorongan Pemerintah Pusat
Senator asal Papua Barat Daya ini juga meminta agar pemerintah pusat lebih fokus mendorong optimalisasi Batam sebagai kawasan perdagangan bebas (Free Trade Zone). Menurutnya, jika Batam berhasil menunjukkan kinerja positif dan pertumbuhan ekonomi yang signifikan, maka konsep ini bisa diperluas ke wilayah lain di Indonesia.
“Batam bisa menjadi laboratorium ekonomi kawasan. Jika berhasil, model ini bisa diadaptasi oleh calon KEK atau Kawasan Industri lainnya,” kata Agustinus.
Kesejahteraan dan Lingkungan Harus Selaras
Agustinus menekankan bahwa pembangunan ekonomi harus tetap selaras dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat lokal, termasuk dalam penciptaan lapangan kerja yang layak dan berkelanjutan.
Selain aspek ekonomi, ia juga menyoroti pentingnya tanggung jawab lingkungan. Menurutnya, pengembangan kawasan harus dibarengi dengan manajemen lingkungan yang baik, termasuk pengelolaan iklim dan pengawasan dampak ekologis.
“Pertumbuhan ekonomi harus ramah lingkungan. Jangan sampai keberhasilan ekonomi justru menciptakan kerusakan ekologis yang kita sesali di kemudian hari,” tutupnya.