Bahasa Arab: Eksistensi atau Gengsi
Editor: Ahmad Arsyad
Kabar Baru, Opini- Bahasa Arab adalah bahasa yang identik dengan agama Islam. Akan tetapi, bukan berarti jika tidak bisa berbahasa Arab maka bukan umat Islam. Setelah membaca judulnya, mungkin teman-teman sudah memiliki sedikit gambaran mengenai opini kita kali ini.
Sebelum kita masuk ke dalam inti pembahasan kita, perlu kita ketahui dulu kira-kira apa hubungannya bagi kita sebagai muslim untuk mengetahui eksistensi pembelajaran bahasa Arab?
Nah, seperti yang kita ketahui Al-Qur’an adalah kalam Allah Subhanahu wata’ala yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam di Mekkah dan Madinah secara berangsur-angsur, hingga menjadi kitab suci umat Islam. Akan tetapi di kampus kami iain Madura bahasa Arab malah menjadi prodi yang paling ditakutin oleh mahasiswa. Bukan takut pada orangnya tapi akan pelajarannya.
Mereka berfikir bahwa jurusan bahasa Arab nanti skripsinya berbahasa Arab. Memang pasti begitu, dan bagaimanapun skripsi itu adalah tugas akhir. Bukan Awal dari perjalanan. Mengapa mereka gengsi dengan hal itu. Terbukti ketika saya bertanya kepada salah satu mahasiswa bahasa Arab. Adek jurusan apa? Justru dia menjawab, saya jurusan perbankan atau yang lainnya. Padahal saya sudah tau bahwa mereka jurusan bahasa Arab. Mengapa mereka gengsi untuk mengakuinya.
Apakah kalau jurusan bahasa Arab itu tidak keren atau gimana saya kurang paham juga. Padahal Bahasa arab merupakan bahasa yang sangat penting karena selain digunakan oleh orang arab untuk berkomunikasi, bahasa arab juga merupakan bahasa agama Islam, bahasa al-Quran dan penduduk surga yang juga menggunakan bahasa arab.
Sedangkan masyarakat desa yang sulit disentuh oleh alat-alat elektronik atau yang sering disebut dengan ketinggalan zaman tidak mengetahui apa bahasa arab itu secara detail dan yang hanya mereka ketahui bahwa bahasa arab merupakan bahasa al-Quran karena al-Quran diturunkan oleh Allah dengan menggunakan berbahasa arab dan juga diturunkan di negara arab.
Mengapa harus gengsi ? Atau mungkin mereka belum sadar akan hal itu. Hanya saja, di era digital ini, harus diakui, kalau eksistensi bahasa Arab memang kalah pamor dengan bahasa Inggris.
Hal ini sebagaimana ditulis Ubaid Ridha dalam artikel jurnalnya disebabkan karena budaya konsumtif yang tinggi di kalangan negara Arab, ditambah ledakan informasi yang secara sadar atau tidak sadar, bahasa Inggris mulai merengsek masuk ke dalam sistem-sistem sosial di kalangan Arab sendiri. Misalnya, dalam bidang pendidikan, sekolah-sekolah di arab, terutama dalam mata pelajaran eksakta, seperti: Kimia, Fisika, Matematika dan Biologi, buku-bukunya menggunakan bahasa Inggris.
Begitu juga di dunia teknologi. Kosa-kata bahasa Asing tidak bisa dibendung. Mirisnya, kosa-kata itu diterima apa adanya, karena secara level sosial akan dianggap sebagai orang yang modern. Sehingga yang terjadi adalah perubahan kalimat asing yang hanya dari sisi tulisan dari latin ke arab saja, sedangkan bunyinya tetap sama.
Seperti kata: Laptop, Mouse, Keyboard, Mobile, dan kata-kata yang lain.Kondisi itu tidak seperti yang terjadi pada abad pertengahan atau abad II Hijriah dulu.Di mana, pada saat itu, meskipun kosa-kata asing banyak bermunculan, namun tidak langsung ditelan mentah-mentah.
*) Penulis adalah Jamilatun Ni’mah, Pendidikan Bahasa Arab IAIN Madura.
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi kabarbaru.co