Ada yang Berbeda di MPLS SMPN 1 Purwakarta Tahun Ini, Apa Itu?

Jurnalis: Deni Aping
Kabar Baru, Purwakarta – Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) tahun 2025 di SMP Negeri 1 Purwakarta dilaksanakan dengan pendekatan baru yang lebih humanis dan berorientasi pada penguatan karakter.
Mengusung tema MPLS Ramah, kegiatan ini menjadi bagian dari transformasi pendidikan nasional yang memuliakan peserta didik sebagai insan pembelajar seutuhnya.
Berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, MPLS tahun ini tidak sekadar mengenalkan lingkungan sekolah, guru, dan tata tertib, tetapi juga dirancang sebagai momentum awal untuk membentuk karakter siswa sejak hari pertama masuk sekolah.
Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMPN 1 Purwakarta, Dani Rohmana Hardianto, menjelaskan bahwa kegiatan MPLS tahun ini dilaksanakan selama lima hari, sesuai dengan arahan Kementerian Pendidikan, dengan tema dan fokus kegiatan yang berbeda setiap harinya.
“Hari pertama, Senin, siswa dikenalkan dengan lingkungan sekolah yang mendukung pembelajaran secara optimal. Hari kedua, Selasa, siswa diajak menjaga kebugaran tubuh melalui Senam Anak Indonesia Hebat yang diluncurkan oleh Menteri Pendidikan,” ujar Dani. Rabu (16/7).
Pada hari ketiga, Rabu, siswa diperkenalkan dengan budaya literasi yang menjadi ciri khas sekolah, mencakup literasi bahasa, literasi finansial (matematika), serta sosialisasi tentang bahaya narkoba yang disampaikan oleh Satres Narkoba Polres Purwakarta.
Hari keempat, Kamis, besok akan menjadi momen pelaksanaan asesmen literasi dan numerasi untuk mengukur kesiapan siswa dalam menerima pelajaran, ditambah asesmen membaca dan menulis Al-Qur’an bagi siswa Muslim. Sementara hari terakhir, Jumat, diisi dengan pengenalan berbagai kegiatan ekstrakurikuler melalui demo dari 13 ekskul unggulan, seperti drumband, seni bela diri, pramuka, hingga paskibra.
Dani juga menekankan pentingnya pengenalan fungsi-fungsi ruangan di sekolah agar siswa tidak merasa canggung saat menghadapi berbagai keperluan nantinya.
“Kami kenalkan ruang konseling, tata usaha, ruang OSIS, ruang laboratorium, hingga ruang kegiatan kelas unggulan. Tahun ini, SMPN 1 menerima 10 kelas dengan masing-masing 36 siswa, total 360 peserta didik baru,” imbuhnya.
Sementara itu, Kepala SMPN 1 Purwakarta, H. Patoni, menyampaikan bahwa MPLS Ramah merupakan wujud nyata implementasi visi sekolah untuk menciptakan siswa yang cerdas dan berkarakter dengan mengedepankan nilai-nilai empati, sopan santun, dan sikap sosial yang baik.
“Empati itu lahir dari sikap ramah. MPLS kami rancang agar siswa merasa dihargai dan disambut hangat. Materi pun disampaikan secara ringan, tanpa tekanan, agar mereka nyaman,” tutur Patoni.
Ia menegaskan bahwa dengan sistem PPDB saat ini yang sudah menggunakan empat jalur, tidak ada lagi istilah sekolah favorit secara resmi. Namun, menurutnya, masyarakat masih memandang SMPN 1 sebagai sekolah unggulan karena budaya positif yang telah mengakar kuat di lingkungan sekolah.
“Barangkali yang dicari masyarakat adalah warisan budaya disiplin dan nilai-nilai luhur yang telah hidup lama di SMPN 1. Banyak orang tua alumni yang kembali menyekolahkan anaknya di sini karena pengalaman berkesan yang mereka rasakan dulu,” tambahnya.
Dalam proses pendidikan, SMPN 1 terus menguatkan karakter siswa melalui pendekatan intrakurikuler, ekstrakurikuler, serta kegiatan habituasi harian. Sekolah membentuk karakter moral, kinerja, sosial, dan spiritual secara menyeluruh.
“Karakter kinerja seperti tidak mudah menyerah, disiplin, dan kerja keras terus kami tanamkan. Karakter moral seperti jujur dan bertanggung jawab juga menjadi prinsip dasar dalam menerima ilmu. Semua ini kami bangun melalui keteladanan guru dan budaya sekolah yang konsisten,” jelas Patoni.
Untuk pembinaan spiritual, siswa rutin melaksanakan salat Zuhur berjamaah yang dibagi dalam tiga sesi karena keterbatasan kapasitas masjid. Selain itu, setiap Jumat siswa mengikuti kegiatan membaca Al-Qur’an dan ceramah.
Budaya empati juga menjadi ciri khas SMPN 1, seperti kegiatan takziah ketika ada keluarga siswa atau guru yang mengalami musibah. Semua ini menjadi bagian dari karakter sosial yang terus dikembangkan.
Patoni mengakui tantangan pendidikan saat ini cukup besar, terutama terkait perkembangan teknologi dan budaya hedonisme di kalangan pelajar.
“Teknologi harus dijadikan alat bantu, bukan sumber gangguan. Sementara budaya konsumtif dan kesenangan berlebih perlu diarahkan. Alhamdulillah, kebijakan jam malam dari pemerintah daerah sangat membantu sekolah dalam menjaga fokus belajar siswa,” tuturnya.
Ia menutup dengan harapan agar MPLS Ramah menjadi titik awal siswa mengenal dan mencintai budaya sekolah, serta mampu menularkan nilai-nilai positif tersebut ke rumah dan lingkungan sekitarnya.
“Saya selalu sampaikan, lebih baik kehilangan masa muda daripada kehilangan masa depan. MPLS Ramah adalah pondasi agar anak-anak siap menyongsong masa depan dengan karakter yang kuat dan akhlak yang baik,” pungkas Patoni. (*)