Berita

 Network

 Partner

Follow Kabarbaru

Get it on Google play store
Download on the Apple app store

Rahasia Pengajuan Kartu Kredit Disetujui Bukan Tentang Gaji Tapi Kelayakan

Screenshot_2025-10-19-16-07-26-822_com.android.chrome-edit

Jurnalis:

Kabar Baru, Bisnis – Banyak orang merasa cukup mampu ketika pengajuan kartu kredit—punya penghasilan, kerja tiap hari, dan yakin bisa bayar tepat waktu. Tapi kenyataannya, banyak yang tetap ditolak. Di situ aku sadar, bank bukan hanya melihat “mampu atau tidak,” tapi “layak atau tidak.” Layak menurut mereka, bukan menurut kita. Dan kelayakan itu tidak diukur dari seberapa keras kita bekerja, melainkan seberapa rapi jejak finansial kita.

Aku tidak bicara soal manipulasi data atau mencari jalan belakang. Aku bicara tentang cara membuat diri kita terlihat bisa dipercaya oleh sistem, karena sesungguhnya, itu yang paling menentukan persetujuan.

1. Bangun Dulu Rekening yang Bergerak, Jangan Hanya Menyimpan Uang

Jasa Penerbitan Buku

Bank tidak percaya pada dompet penuh. Bank percaya pada arus. Kalau saldo besar tapi jarang bergerak, bank menganggap uang itu bukan penghasilan, melainkan simpanan. Agar terlihat layak, arus masuk dan keluar harus konsisten.

• Terima uang melalui rekening, jangan selalu lewat cash.
• Belanjakan dan bayarkan kebutuhan lewat rekening, bukan tunai.
• Bank ingin melihat kita mengelola, bukan hanya menyimpan.

2. Mulai dari Riwayat Kredit Kecil, Jangan Langsung Incar Kartu Premium

Ironisnya, orang yang belum pernah berutang kadang dianggap lebih riskan daripada yang pernah dan selalu melunasi. Bank butuh bukti, bukan janji.

Cara membangun histori tanpa kartu kredit:

  1. Gunakan cicilan barang elektronik kecil.
  2. Ajukan paylater resmi lalu bayar tepat waktu.
  3. Jangan pernah telat, walau satu hari.

Ketepatan waktu lebih dihargai bank dibanding penghasilan besar tanpa jejak kredit.

3. Jaga Rasio Utang (DSR), Bank Tidak Suka Pemohon yang Terlihat Sibuk Bayar Cicilan

Meski kita merasa sanggup, bank menghitung seberapa banyak penghasilan kita sudah digunakan untuk membayar hutang lain. Jika lebih dari 30–40%, pengajuan hampir pasti ditolak.

Tanda kita dianggap berisiko:
• Gaji rutin, tapi cicilan sudah menumpuk.
• Tidak ada tabungan sama sekali.
• Pernah telat bayar apa pun (pulsa pascabayar pun bisa tercatat).

Bank tidak melihat hati, mereka melihat persentase.

4. Jangan Gunakan Data yang Berbeda-Beda

Banyak pengajuan gagal karena hal sederhana: data tidak konsisten. Bank membaca semua detail: alamat KTP, alamat domisili, status menikah, jenis pekerjaan.

Kalau hari ini karyawan, besok wiraswasta, lusa freelance—bank akan sulit menilai stabilitas. Lebih aman memilih satu identitas utama dan memegangnya.

5. FPenghasilan Besar tapi Tidak Tercatat = Tetap Dianggap Tidak Layak

Inilah penyebab utama kenapa banyak freelancer, pebisnis online, dan pekerja digital ditolak. Mereka punya uang, kadang lebih banyak dari pegawai, tapi uang itu tidak melewati sistem perbankan secara formal.

Aku pernah melihat teman dengan penghasilan 20 jutaan ditolak tiga kali hanya karena rekeningnya kosong. Bank tidak peduli jumlah uang cash di dompet—bank melihat transaksi, bukan selisih.

6. Jika Ditolak, Jangan Ulangi Kesalahan yang Sama

Menyerah bukan jawaban. Tapi mengulang pengajuan setiap bulan juga bukan jalan keluar. Jika terlalu sering ditolak, nama kita bisa dicurigai sebagai pemohon berisiko.

Hal yang lebih bijak dilakukan:

  1. Tunggu 3–6 bulan sebelum mengajukan ulang.
  2. Perbaiki arus rekening dan lunasi hutang lain dulu.
  3. Mulai dari kartu kredit level awal, bukan langsung premium.

Bank lebih suka orang yang bersiap daripada orang yang memaksa.

7. Saat Belum Punya Kartu, Jangan Paksakan Diri—Gunakan Jalan Aman Sementara

Karena itu, sebagian orang — termasuk aku — memilih memakai jasa pembayaran kartu kredit hanya sebagai jembatan. Bukan untuk berutang, tapi supaya tetap bisa melangkah tanpa harus memegang alat yang belum tentu bisa kita kendalikan. Itu bukan kelemahan. Itu strategi bertahan.

Aku paham betul rasanya hidup di era digital tapi terhambat hanya karena tidak punya kartu kredit. Banyak layanan seperti Canva Pro, upgrade ChatGPT, beli domain, atau pasang iklan tidak menerima transfer bank biasa. Namun, memaksakan diri membuat kartu kredit saat mental dan finansial belum siap justru bisa jadi pintu masalah.

Penutup – Kartu Kredit adalah Kepercayaan, dan Kepercayaan Harus Dibangun, Bukan Diminta

Sekarang aku paham. Bank tidak sedang menguji kekayaan. Bank sedang menguji keteraturan. Dan mungkin memang seharusnya begitu—karena kartu kredit bukan hadiah, melainkan izin.

Kalau suatu hari aku memiliki kartu kredit, aku ingin menerimanya bukan dengan bangga, tapi dengan sadar. Karena lebih penting dari diterima bank adalah diterima oleh versi diriku yang lebih dewasa.

Kartu kredit tidak harus dimiliki sekarang karena masih ada jasa pembayaran. Tapi masalah kesadaran finansial harus mulai dibangun sejak hari ini.

Kabarbaru Network

https://beritabaru.co/

About Our Kabarbaru.co

Kabarbaru.co menyajikan berita aktual dan inspiratif dari sudut pandang berbaik sangka serta terverifikasi dari sumber yang tepat.

Follow Kabarbaru

Get it on Google play store
Download on the Apple app store