PP IPNU Instruksikan Aksi Serentak Tuntut Keadilan untuk Korban Tewas Dilindas Rantis Brimob

Jurnalis: Rizqi Fauzi

Kabar Baru, Jakarta – Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (PP IPNU) menyatakan sikap tegas atas insiden tragis yang menewaskan seorang pengemudi ojek online setelah dilindas kendaraan taktis (rantis) Brimob di tengah kerumunan massa aksi buruh di depan Gedung DPR, Kamis (28/8) malam.

Peristiwa tersebut telah memicu gelombang kemarahan publik dan menimbulkan desakan agar pucuk pimpinan kepolisian bertanggung jawab penuh. Dalam instruksi resmi bernomor 256/PP/SI/XX/7354/VIII/25, PP IPNU menilai tindakan tersebut sebagai pelanggaran serius terhadap nilai-nilai kemanusiaan sekaligus meruntuhkan kepercayaan rakyat terhadap institusi kepolisian.

Ketua Umum PP IPNU, Agil Nuruz Zaman, menegaskan bahwa tragedi ini tidak bisa dianggap sebagai peristiwa biasa.

“Kejadian ini tidak hanya mencederai rasa keadilan, tetapi juga mencoreng wajah demokrasi kita. Aparat yang seharusnya menjadi pelindung rakyat justru melakukan tindakan biadab. Kami tidak bisa tinggal diam,”ujarnya.

Sebagai langkah konkret, PP IPNU menginstruksikan seluruh Pimpinan Wilayah (PW) dan Pimpinan Cabang (PC) se-Indonesia untuk menggelar aksi serentak dan doa bersama pada Jumat, 29 Agustus 2025, pukul 13.00 waktu setempat di Mabes Polri dan Polda masing-masing daerah.

Selain itu, PP IPNU juga menyampaikan tiga sikap resmi: mendesak Presiden RI untuk mencopot Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo, menuntut transparansi dan akuntabilitas proses hukum,serta menegaskan komitmen pelajar NU dalam mengawal demokrasi dan supremasi hukum.

Agil menekankan bahwa instruksi ini harus dijalankan dengan tertib, penuh tanggung jawab, serta tetap menjaga marwah organisasi.

“Atas dasar nilai kemanusiaan dan muaknya ulah aparat yang sering menyalahgunakan kewenangan, kami menyerukan agar seluruh kader IPNU ikut serta dalam gerakan moral ini. Hentikan kekerasan terhadap rakyat, tegakkan keadilan untuk korban,” tegasnya.

Ia menutup dengan peringatan bahwa tragedi ini harus menjadi momentum evaluasi menyeluruh terhadap Polri, agar aparat benar-benar kembali pada jati dirinya sebagai pengayom dan pelindung masyarakat, bukan justru menjadi ancaman bagi rakyat.