UGM Berdayakan Kelompok Ternak Sleman dengan Teknologi Tepat Guna Fermented Complete Feed (FCF)

Jurnalis: Bahiyyah Azzahra
Kabar Baru, Sleman, 20 Oktober 2024 – Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada (UGM) melalui Program Pengabdian kepada Masyarakat berbasis Teknologi Tepat Guna (TTG) memberikan solusi baru bagi kelompok ternak Karya Manunggal di Desa Donokerto, Sleman, untuk meningkatkan produktivitas ternak melalui pelatihan pembuatan pakan berbasis Fermented Complete Feed (FCF). Pelatihan ini diselenggarakan sebagai respon atas tantangan penyediaan pakan ternak yang kerap kali menjadi kendala, terutama pada musim kemarau.
Peningkatan Produktivitas melalui Teknologi FCF
FCF diperkenalkan sebagai teknologi pakan fermentasi yang menyajikan kombinasi hijauan dan konsentrat dengan kandungan nutrisi lengkap bagi ternak. Teknologi ini mampu meningkatkan kualitas pakan, memperpanjang masa simpan, serta menstabilkan asupan nutrisi sehingga mendukung produktivitas ternak sepanjang tahun. Teknologi ini sangat sesuai untuk wilayah Desa Donokerto yang memiliki banyak limbah pertanian, seperti jerami padi, yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pakan.
“Kami melihat potensi besar di kelompok ternak Karya Manunggal, namun masih terdapat kendala dalam pengelolaan pakan. Dengan FCF, kami berharap dapat membantu peternak menciptakan pakan yang berkualitas dengan harga terjangkau,” ujar Dr. Aji Praba Baskara, ketua tim pengabdian masyarakat Fakultas Peternakan UGM.
Pelatihan Pembuatan FCF
Dalam pelatihan yang diberikan, tim yang terdiri dari Dr. Aji Praba Baskara sebagai ketua, serta anggota Moh. Sofi’ul Anam, M.Sc., Prof. Ali Agus, drh. Erif Maha Nugraha, dan Dr. Najmu Tsaqib Akhda membimbing para peternak mulai dari pengenalan bahan hingga praktik pembuatan FCF. Tahap pertama dimulai dengan memperkenalkan bahan pakan dan formulasi FCF. Tim menjelaskan konsep dasar FCF serta jenis-jenis bahan pakan yang dibutuhkan, termasuk hijauan, konsentrat, dan aditif. Para peternak juga diajarkan teknik precision feeding untuk menyesuaikan ransum pakan sesuai kebutuhan nutrisi ternak agar lebih efisien. Tahap ini memberikan dasar yang kuat bagi para peternak dalam memahami pentingnya formulasi pakan yang tepat guna meningkatkan produktivitas ternak.
Pada tahap berikutnya, peserta diajarkan teknik pembuatan FCF secara langsung. Bahan utama seperti jerami padi dan rumput hijauan dipilih dan dicacah hingga ukuran 2-5 cm menggunakan chopper. Setelah dicacah, bahan hijauan diangin-anginkan selama satu hari agar kadar airnya berkurang hingga sekitar 65%, yang merupakan kadar optimal untuk fermentasi. Bahan yang telah siap kemudian dicampur dengan konsentrat dengan proporsi 75% untuk hijauan dan 25% untuk konsentrat. Ditambahkan juga mikroba starter khusus untuk fermentasi serta molases kemudian disimpan dalam wadah kedap udara atau silo dengan empat jenis silo yaitu drum plastik, plastik kantong, jumbo bag dan bunker. Fermentasi dilakukan selama 21 hari.
Tahap terakhir pelatihan mencakup evaluasi dan pengendalian mutu (quality control) serta manajemen pemberian pakan. Para peternak dibekali pengetahuan untuk mengevaluasi hasil fermentasi dengan memeriksa aroma, tekstur, dan warna sebagai indikator keberhasilan atau kegagalan fermentasi. Selain itu, mereka juga mendapatkan panduan tentang manajemen pemberian pakan berdasarkan bobot tubuh dan fase pertumbuhan ternak. Tim UGM memberikan pemahaman praktis tentang cara mengoptimalkan FCF dalam ransum harian agar ternak mendapatkan asupan gizi yang sesuai dan stabil sepanjang musim.
Antusiasme Peternak dan Potensi Keberlanjutan Program
Bapak Widada, ketua kelompok ternak Karya Manunggal, menyampaikan apresiasinya atas pelatihan ini. “Kami sangat terbantu dengan adanya pelatihan ini. Dulu kami hanya bisa memberi pakan seadanya, tapi sekarang kami bisa membuat pakan yang lebih bergizi dan lebih tahan lama untuk ternak kami,” ujar Widada.
Tidak hanya memberikan pelatihan, tim UGM juga melakukan pendampingan pasca-pelatihan yang meliputi monitoring, evaluasi, dan penguatan kemandirian produksi FCF bagi para peternak. Dengan keterampilan yang mereka miliki, kelompok ternak Karya Manunggal diharapkan dapat mandiri dalam memproduksi FCF dan memanfaatkannya sebagai sumber pendapatan tambahan melalui penjualan ke peternak lain di sekitar desa.
Program ini adalah bagian dari komitmen UGM dalam memfasilitasi pemberdayaan masyarakat melalui penerapan teknologi tepat guna. Dengan teknologi FCF, para peternak di Sleman diharapkan dapat meningkatkan pendapatan dan mencapai kemandirian pangan yang lebih stabil dan berkelanjutan.