Sosialisasi Diabetes Melitus di Purwakarta: Edukasi, Pemeriksaan Kesehatan, dan Pemanfaatan Obat Herbal

Jurnalis: Deni Aping
Kabar Baru, Purwakarta – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Purwakarta menggelar sosialisasi terkait Diabetes Melitus (DM) bekerja sama dengan Biotek Farmasi Indonesia, disertai layanan pemeriksaan kesehatan seperti pengecekan gula darah. Kegiatan ini berlangsung pada Kamis (16/1/2025) di aula dan halaman kantor Dinkes Purwakarta, Jalan Veteran, Kelurahan Nagri Kaler, Kecamatan Purwakarta.
Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Purwakarta, Deni Dermawan, melalui Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P), dr. Eva Lystia Dewi, menyampaikan data global terkait diabetes. “Menurut International Diabetes Federation (IDF), jumlah penderita diabetes di dunia mencapai 537 juta pada tahun 2021 dan diprediksi akan meningkat menjadi 643 juta pada 2030 serta 783 juta pada 2045. Indonesia sendiri menduduki peringkat kelima dunia dengan 19,5 juta penderita pada 2021, yang diproyeksikan naik menjadi 28,6 juta pada 2045,” ujar dr. Eva.
Di Kabupaten Purwakarta, terdapat 14.251 kasus diabetes melitus yang tercatat sepanjang tahun 2024. “Angka ini cukup memprihatinkan, mengingat diabetes sering disebut sebagai ‘ibu dari segala penyakit’ karena dapat memicu berbagai komplikasi serius,” tambahnya.
Diabetes melitus merupakan penyakit metabolisme kronis yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah akibat gangguan fungsi insulin. Penyakit ini sering kali berkembang tanpa gejala jelas. Namun, masyarakat perlu waspada terhadap tanda-tanda seperti sering buang air kecil (poliuria), mudah haus (polidipsia), sering lapar (polifagia), penurunan berat badan tanpa sebab, gatal-gatal, kesemutan, hingga gangguan penglihatan.
Sebagai langkah preventif dan penanggulangan, Dinkes Purwakarta bersama PT Biotek Farmasi Indonesia menyediakan pemeriksaan status gizi, tekanan darah, dan gula darah bagi peserta. Peserta juga diberikan edukasi tentang pentingnya pengendalian diabetes melalui pemanfaatan fitofarmaka, yaitu obat herbal berbasis penelitian ilmiah.
Dalam sosialisasi ini, dr. Eva menyoroti potensi besar Indonesia dalam pengembangan obat herbal. “Flora nusantara menyimpan ratusan jenis tanaman obat yang dapat diolah menjadi jamu, obat herbal, hingga fitofarmaka. Sejak pandemi Covid-19, penggunaan obat herbal semakin diakui sebagai upaya menjaga kesehatan dan meningkatkan daya tahan tubuh,” jelasnya.
Pemerintah turut mendukung pengembangan obat herbal melalui Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan. Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kemenkes RI, Rizka Andalucia, menyebut hilirisasi fitofarmaka sebagai langkah strategis untuk menciptakan kemandirian farmasi dan memperkuat sistem kesehatan nasional.
“Kami berharap kegiatan ini dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pencegahan diabetes melitus serta mendorong pemanfaatan potensi lokal berupa obat herbal sebagai salah satu solusi pengendalian penyakit,” pungkas dr. Eva.