Soal Dugaan Pungli, Manager Tanaman PT SGN Glenmore Banyuwangi Sebut Itu Tidak Benar

Jurnalis: Joko Prasetyo
KABAR BARU, BANYUWANGI – Pabrik Gula (PG) PT. Sinergi Gula Nasional (SGN) Kecamatan Glenmore, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, membantah soal kabar dugaan Pungutan Liar (Pungli) yang terjadi di lingkungannya.
Seperti diketahui, petani tebu yang tergabung pada Asosiasi Petani Tebu Rakyat (APTR) mengeluh adanya dugaan Pungli, yang dilakukan oleh APTR melalui pihak PG SGN Glenmore.
Saat dikonfirmasi melalui sambungan whatsapnya, Anjar Ramadhani, Manager Tanaman PG SGN Glenmore, tidak membenarkan adanya dugaan Pungli tersebut.
“Tidak benar,” jawabnya singkat melalui sambungan whatsapnya. Senin, (5/8/2024).
Pernyataan Anjar Ramadhani, Manager Tanaman PG SGN Glenmore, bertolak belakang dengan apa yang disampaikan oleh para petani tebu rakyat yang tergabung di APTR.
Diberitakan sebelumnya Petani tebu yang tergabung di Asosiasi Petani Tebu Rakyat (APTR) mengeluh adanya dugaan Pungutan Liar (Pungli) dilingkungan Pabrik Gula (PG) PT Sinergi Gula Glenmore (SGN) yang berada di Desa Karangharjo Kecamatan Glenmore, Banyuwangi.
Para petani tebu rakyat ini mengaku hasil panennya dipotong 50 rupiah perkwintal oleh APTR melalui PT SGN Glenmore dengan dalih untuk keperluan Forum Temu Kemitraan (FTK).
“Perkwintal hasil panen kami dipotong 50 rupiah oleh APTR melalui pihak PG. SGN,” kata K, salah satu petani tebu kepada wartawan,’ Jumat, (2/8/2024).
Petani tebu yang tidak mau disebutkan namanya tersebut berkisah jika dirinya bersama dengan petani tebu yang lain heran dengan adanya potongan itu lantaran FTK bukankah itu sudah menjadi tanggung jawab pabrik, namun kenapa masih dibebankan kepada para petani.
“FTK ini apakah bukan tanggungan pabrik, kenapa masih dibebankan kepada petani. Anehnya lagi kok tidak ada sosialisasi diawal,” ujar K.
Kepada wartawan K, menduga jika apa yang dilakukan oleh APTR dengan pihak PG SGN tersebut lebih ke arah Pungli, karena tidak adanya pemberitahuan dan sosialisasi lebih awal.
Dengan kejadian tersebut dirinya beserta dengan petani tebu lainya ingin mendapat kejelasan dari pihak PG SGN dan juga pihak APTR.
“Bisa dibayangkan jika sehari lebih dari sepuluh ribu ton, berapa hasil pemotongan tersebut perharinya,” terang K.
Namun demikian K, meminta agar wartawan mempertanyakan hal tersebut kepada Anjar Ramadhani, Manager tanaman PG SGN.
“Untuk jelasnya langsung tanyakan ke Pak Anjar mas,” pungkasnya.
Namun sayang hingga berita ini ditulis Anjar Ramadhani, Manager Tanaman PG SGN belum merespon konfirmasi yang dikirim oleh wartawan melalui sambungan whatsapnya. Selain itu awak media juga belum berhasil mengkonfirmasi pihak APTR. (*)