Pudarnya Penggunaan Bahasa Indonesia di Era Modern: Bagaimana Mengatasinya?
![](https://kabarbaru.co/wp-content/uploads/2024/12/WhatsApp-Image-2024-12-02-at-15.39.42-800x533.jpeg)
Editor: Bahiyyah Azzahra
Penulis: Azahra Magdataura Bani Agung, Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
Kabar Baru, Opini – Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan memiliki peran penting dalam menyatukan keberagaman budaya, bahasa, dan suku di Nusantara. Namun, di tengah perkembangan zaman, terdapat banyak tanda-tanda pudarnya penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Fenomena ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti teknologi, globalisasi, hingga gaya hidup masyarakat yang semakin modern.
Salah satu penyebab utama pudarnya bahasa Indonesia di era modern adalah derasnya arus globalisasi. Contohnya adalah masuknya bahasa asing, terutama bahasa Inggris, ke hampir semua aspek kehidupan. Saat ini, banyak istilah asing yang digunakan tanpa proses adaptasi sesuai kaidah bahasa Indonesia. Sebagai mahasiswa, kita pasti sering mendengar atau bahkan menggunakan kata seperti deadline, meeting, atau workshop dalam kehidupan sehari-hari atau di lingkungan perkuliahan. Padahal, istilah-istilah tersebut memiliki padanan kata dalam bahasa Indonesia, seperti “batas waktu”, “rapat”, dan “lokakarya”.
Penggunaan kata-kata asing ini sering kali dianggap lebih modern. Banyak masyarakat yang lebih memilih menggunakan kata-kata tersebut karena merasa lebih keren. Namun, hal ini justru dapat mengikis identitas bahasa Indonesia. Selain globalisasi, faktor lain seperti media sosial dan teknologi juga berpengaruh besar.
Perkembangan media sosial dan teknologi memiliki dampak signifikan terhadap perubahan pola berbahasa, khususnya di kalangan generasi muda. Media sosial seperti TikTok, Instagram, hingga Twitter sering kali menjadi tempat di mana bahasa campuran atau bahasa gaul digunakan dalam komunikasi sehari-hari. Bahasa yang digunakan di media sosial sering kali mengabaikan tata bahasa, struktur, dan ejaan yang baik dan benar. Fenomena ini tidak hanya memengaruhi kemampuan berbahasa formal, tetapi juga membentuk persepsi bahwa bahasa Indonesia yang formal terasa kaku, membosankan, dan kurang menarik.
Selain itu, penggunaan bahasa Indonesia yang mulai memudar juga terlihat di bidang pekerjaan dan pendidikan. Banyak institusi perkantoran yang lebih mengutamakan penggunaan bahasa asing, bahkan untuk pekerjaan yang sebenarnya tidak membutuhkan interaksi lintas budaya. Begitu pula di institusi pendidikan, penggunaan bahasa asing dalam pengajaran sering kali diutamakan sebagai langkah persiapan menghadapi persaingan global.
Memang, penggunaan bahasa asing penting untuk dipelajari dan digunakan. Namun, bahasa Indonesia sebagai bahasa asli kita tidak boleh sampai terpinggirkan atau hilang. Ada beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah ini.
Pertama, media sosial dapat dimanfaatkan untuk mempopulerkan bahasa Indonesia dengan cara yang unik dan kreatif. Para pembuat konten atau influencer dapat membuat kampanye penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar tanpa menghilangkan daya tariknya. Sebagai pihak yang memiliki pengaruh besar di media sosial, mereka dapat mengajak masyarakat untuk berpartisipasi dalam menggunakan bahasa Indonesia.
Selain itu, lembaga pendidikan dan pemerintah juga memiliki peran penting dalam mengatasi masalah ini. Pemerintah dan lembaga pendidikan dapat mengadakan kampanye cinta bahasa Indonesia atau program-program yang melibatkan masyarakat. Misalnya, lomba penulisan, pelatihan bahasa, atau gerakan literasi berbasis bahasa Indonesia. Langkah-langkah ini dapat menjadi awal yang efektif untuk menjaga bahasa Indonesia tetap hidup dan diminati.
Partisipasi masyarakat juga sangat penting. Menyadari bahwa bahasa Indonesia adalah identitas bangsa adalah langkah awal yang harus dilakukan. Menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar bukan berarti menolak bahasa asing, melainkan menjaga keseimbangan antara budaya lokal dan modernitas. Sebagai masyarakat Indonesia, kita harus bangga menggunakan bahasa Indonesia.
Bahasa Indonesia bukan sekadar alat komunikasi, tetapi juga cerminan jiwa bangsa. Meskipun penggunaan bahasa asing penting di era modern, hal ini tidak boleh menggantikan posisi bahasa Indonesia sebagai bahasa asli kita. Menjaga bahasa Indonesia agar tetap eksis adalah tantangan yang harus dihadapi oleh semua masyarakat. Ini adalah tanggung jawab bersama, bukan hanya individu, pemerintah, atau institusi semata.