Pasar Leuweung 2025: Hutan Jadi Panggung Edukasi dan Inovasi

Jurnalis: Deni Aping
Kabar Baru, Purwakarta – Dinas Kehutanan Wilayah II Provinsi Jawa Barat yang meliputi Kabupaten Purwakarta, Subang, dan Karawang, menggelar kegiatan tahunan bertajuk Pasar Leuweung di kawasan hutan jati Desa Dangdeur, Kecamatan Bungursari, Kabupaten Purwakarta. Acara berlangsung selama dua hari, pada Jumat dan Sabtu, 25–26 Juli 2025.
Kepala Cabang Dinas Kehutanan Wilayah II Provinsi Jawa Barat, Lasmawati, menjelaskan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari upaya memperkenalkan dan memasarkan hasil hutan bukan kayu kepada masyarakat luas, sekaligus menanamkan kesadaran pentingnya menjaga kelestarian hutan.
“Pasar Leuweung adalah salah satu sarana promosi dan edukasi. Kami ingin menunjukkan bahwa Dinas Kehutanan memiliki kelompok tani hutan binaan yang menghasilkan beragam produk dari hasil hutan bukan kayu. Selain itu, kegiatan ini juga menjadi ajang kolaborasi dengan UMKM lokal dari berbagai kabupaten,” jelas Lasmawati.
Beragam kegiatan digelar dalam acara ini, mulai dari gelar produk hasil hutan, pameran UMKM, hingga aktivitas edukatif seperti lomba mewarnai untuk anak-anak tingkat TK dan SD, serta demo ecoprint. Ecoprint merupakan teknik cetak alami yang memanfaatkan daun dan tanaman untuk menghasilkan motif pada kain, yang juga diperkenalkan sebagai produk khas hasil hutan.
Selain itu, dilakukan pula penanaman pohon di kawasan hutan jati Dangdeur sebagai bagian dari upaya rehabilitasi lahan dan mitigasi bencana.
“Hari ini, sekitar pukul 09.30 WIB, kami melaksanakan penanaman pohon. Ini merupakan bagian dari program tahunan untuk pemulihan lahan kritis di wilayah kami,” ujar Lasmawati.
Ia menegaskan bahwa edukasi lingkungan bagi anak-anak merupakan salah satu fokus utama dari kegiatan ini.
“Kami ingin menanamkan kepedulian sejak dini kepada generasi muda bahwa menjaga lingkungan, khususnya hutan, sangat penting bagi keberlangsungan hidup kita. Hutan bukan hanya tempat, tetapi sumber kehidupan,” katanya.
Dinas Kehutanan juga terus berkoordinasi dengan pemerintah kabupaten setempat dalam menangani lahan kritis dan kawasan rawan bencana. Salah satu contohnya adalah kegiatan penanaman di wilayah Panyindangan, Purwakarta, yang telah dilakukan dengan penanaman lebih dari 400 pohon, meskipun saat ini masih harus berhadapan dengan tantangan musim kemarau.
“Pemeliharaan sangat penting. Pohon yang ditanam harus dirawat agar bisa tumbuh dan memberi manfaat di masa depan. Kami berkomitmen untuk terus melakukan rehabilitasi lahan secara intensif,” tutup Lasmawati.
Pasar Leuweung menjadi bukti konkret sinergi antara pelestarian lingkungan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat, melalui pengelolaan hasil hutan yang berkelanjutan. (*)