DPP GMNI: Konvoi Khilafah, Bisa Jadi Pertanda Awal Kebangkitan NII
Jurnalis: Wafil M
Kabar Baru, Jakarta- Aksi sekelompok orang yang konvoi motor sambil mengkampanyekan khilafah menjadi viral dan perbincangan di media sosial. Konvoi sepeda motor itu membawa berbagai atribut hingga poster bertuliskan “Khilafatul Muslimin Wilayah Jakarta Raya, Sambut Kebangkitan Khilafah Islamiyah”. Bahkan rombongan konvoi khilafah tersebut sempat berhenti dan membagikan selebaran khilafah kepada warga disekitar lokasi konvoi.
Menanggapi hal ini, Ketua Umum DPP GMNI Arjuna Putra Aldino, memperingatkan agar para penegak hukum dan semua elemen masyarakat mewaspadai gerakan tersebut, karena jika tidak ditangani secara serius gerakan tersebut dapat menjadi embrio kebangkitan gerakan yang ingin mewujudkan Negara Islam Indonesia yang pernah terjadi dalam sejarah.
“Kami hanya mengingatkan agar kita tidak mudah melupakan sejarah, bahwa konvoi hingga kampanye terbuka tentang kebangkitan khilafah islamiyah jika tidak ditangani secara serius bisa menjadi embrio kebangkitan mewujudkan Negara Islam Indonesia yang pernah ada dalam sejarah Indonesia”, ungkap Arjuna
Dalam sejarahnya, pendiri dan pengikut Negara Islam Indonesia berupaya keras ingin mendirikan negara islam dan memiliki keyakinan yang kukuh bahwa dirinya tengah berjuang menjalankan perintah Tuhan. Dan dalam pengadilan mahkamah darurat perang pada 14-16 Agustus 1962, para pendiri dan pengikut NII terbukti merencanakan menggulingkan pemerintahan Republik Indonesia yang sah yang berdasarkan Pancasila.
“Gerakan ini tidak bisa diremehkan dan tidak bisa ditolerir. Karena mereka bersikukuh melakukan gerakan separatis mendirikan negara islam adalah menjalankan perintah Tuhan. Apalagi dalam sejarahnya secara hukum telah terbukti memiliki rencana menggulingkan Pemerintah Indonesia yang sah yang bersendikan Pancasila”, tambah Arjuna
Arjuna juga mengungkapkan menurut sejarahwan Jerman Holk H. Dengel gerakan NII di Jawa Barat di tahun 1950an telah bekerjasama dengan tentara APRA (Angkatan Perang Ratu Adil) yang dikomandoi oleh Westerling. Bahkan Holk H. Dengel menemukan bukti bahwa gerakan NII waktu itu tengah merintis hubungan diplomatik dengan pemerintah Amerika Serikat (AS), dan Amerika Serikat sempat mengirimkan utusan untuk membicarakan kemungkinan bantuan AS kepada NII. Tapi utusan tersebut berhasil ditangkap pemerintah RI.
“Hasil riset dan temuan para sejarahwan tentang pola dan relasi gerakan NII perlu menjadi perhatian para pemangku kebijakan. Pasalnya, terbukti gerakan mereka bukan semata-mata bersifat lokal, namun transnasional, rawan menjadi proxy ditengah percaturan geopolitik global”, jelas Arjuna
Arjuna juga menyoroti kasus baiat NII yang akhir-akhir ini baru saja terjadi di Sumatera Barat. Ditemukan mereka telah membangun Cabang, hingga rutin merekrut dan melatih pasukan. Densus 88 menemukan bahwa anggota NII mencapai 1.125 orang, di mana sekitar 400 orang di antaranya merupakan personel aktif dan selebihnya nonaktif (sudah berbaiat namun belum aktif dilibatkan dalam kegiatan NII) yang sewaktu-waktu bisa diaktifkan apabila perlu. NII Cabang IV/Padang terbagi dalam 5 ranting/UD yang masing-masing beranggota sekitar 200 orang. Dari jumlah total di Sumatera Barat, 833 orang tersebar di Kabupaten Dharmasraya dan 292 orang di Kabupaten Tanah Datar.
“Ini bukan main-main. Mereka tengah menyiapkan kekuatan. Dan kekuatan ini bisa kapan saja akan meledak, bisa melakukan gerakan separatis jika tidak diantisipasi. NII adalah ancaman serius bangsa Indonesia hingga dekade mendatang. Semua elemen masyarakat harus waspada”, tutup Arjuna.