Konferensi Perempuan Indonesia 2025: Kisah Para Perempuan yang Menjahit Masa Depan Bangsa

Jurnalis: Bahiyyah Azzahra
Kabar Baru, Daerah – Rabu, 9 Juli 2025 menjadi hari yang hangat, inspiratif, dan penuh makna dalam rangkaian Konferensi Perempuan Indonesia (KPI) 2025. Dalam dua sesi istimewa, KPI mengajak kita merenungi satu hal penting yang sering terlupa di tengah arus cepat zaman: bahwa perempuan adalah pondasi utama dalam membentuk jati diri bangsa.
Dalam lanjutan rangkaian Konferensi Perempuan Indonesia (KPI) 2025, dua figur perempuan inspiratif—seorang ibu akademisi dan seorang pelaut senior—menyuarakan peran strategis perempuan dalam membentuk jati diri dan arah bangsa. Diselenggarakan secara daring pada Rabu, 9 Juli 2025, acara ini membuka ruang belajar sekaligus ruang perenungan yang menggerakkan hati dan pikiran peserta.
Sesi Pagi bersama Ratih Nur Esti Anggraini, Ph.D : Peradaban Dimulai dari Rumah.
Dari balik layar komputer dan setumpuk jurnal ilmiah, Ratih Nur Esti Anggraini, Ph.D, hadir sebagai sosok yang menyejukkan. Bukan hanya sebagai dosen dan peneliti, beliau adalah seorang ibu yang menenun nilai-nilai peradaban dari ruang baca keluarga. Perannya bukan sekadar akademik, tetapi menyentuh ranah paling dalam dari pembangunan bangsa, yaitu rumah.
Dalam sesi bertema “Perempuan Pembangun Pondasi Jati Diri Bangsa”, Ratih menyampaikan keresahan dan harapan. Ia menggambarkan kondisi anak-anak masa kini yang kerap terpapar pornografi, krisis kesehatan mental, dan minim pendampingan karena orangtua yang sibuk dan terbagi peran. Namun, harapan itu tetap ada.
“Setiap anak adalah pribadi yang istimewa,” ujar Ratih. “Dan orangtua harus sepenuh hati mempercayai potensi anak-anak mereka”
Beliau membagikan banyak tips membangun koneksi melalui emotion coaching dan mastery coaching, sebuah proses pengasuhan yang tidak berfokus pada kepatuhan, tetapi pada pertumbuhan emosi, perilaku, dan keahlian anak-anak.
Kisah putra beliau, Muhammad DeLiang, menjadi bukti konkret bagaimana ekosistem literasi keluarga dapat melahirkan generasi literat, kreatif, dan berprestasi global. Di usianya yang masih muda, DeLiang telah menulis lebih dari 40 buku berbahasa Inggris dan tampil di TEDx. Semua ini berawal dari ritual membacakan buku, berdiskusi, dan menulis bersama di rumah.
Berbagai riset di Indonesia menunjukkan bahwa keterlibatan orangtua, khususnya dalam mendampingi anak belajar di rumah, berkontribusi positif terhadap prestasi akademik dan kesiapan sekolah anak. Studi terhadap 2.151 siswa SD di Jawa menemukan bahwa keterlibatan orangtua di rumah berdampak pada peningkatan nilai matematika dan Bahasa Indonesia, sementara riset di Makassar menunjukkan bahwa 34,5% kesiapan anak masuk SD dijelaskan oleh keterlibatan orangtua. Korelasi positif yang kuat (r = 0,621) juga ditemukan antara keterlibatan orangtua dan prestasi siswa SMA, terutama di wilayah perkotaan. Fakta ini menegaskan pentingnya kolaborasi antara keluarga dan sekolah untuk menciptakan lingkungan belajar yang optimal bagi anak.
“Kita tidak bisa mengubah orang lain,” tutup Ratih, “Tapi kita bisa mengubah cara kita merespon dunia. Saat respon kita berubah, dunia pun ikut berubah.”
Ricca Nourma, sebagai Perajut Makna sesi ini, menyampaikan kesan mendalam:
“Sesi Bu Ratih sungguh luar biasa. Ilmu yang beliau sampaikan sangat bisa diterapkan dalam keluarga, fleksibel dan bisa disesuaikan dengan budaya keluarga masing-masing. Satu jam rasanya kurang. Ini bukan hanya ruang belajar, tapi ruang perenungan yang menggerakkan untuk bertindak. Karena kalau bukan kita perempuan, siapa lagi yang akan meletakkan pondasi karakter bangsa?”
Sesi ditutup Ricca dengan lagu daerah “Marendeng Marampa” dari Toraja, Sulawesi Selatan, yang dibawakan penuh penghayatan oleh Ricca. Lagu ini menyentuh banyak hati dan mengingatkan bahwa Indonesia dibangun oleh banyak budaya dan perempuan ada di tengah pusaran itu sebagai penjaga, penerus, sekaligus pencipta harmoni.
Sesi Siang: Capt. Entin Kartini – Perempuan Penentu Arah
Sesi kedua menghadirkan sosok inspiratif dari dunia maritim: Capt. Entin Kartini, seorang pelaut senior yang kini berusia 79 tahun, dan masih aktif mengajar taruni pelayaran. Di awal sesi, sempat terjadi kendala teknis, namun sesi dibuka hangat oleh Indah Laras, sang Perajut Makna, dengan diskusi ringan di breakout room mengenai insight para peserta dari rangkaian KPI sebelumnya dan bagaimana keterlibatan keluarga masing-masing.
Kehadiran Capt. Entin Kartini dengan seragam pelaut lengkap mengundang antusiasme tinggi dari peserta. Sosoknya yang karismatik segera menghidupkan ruang virtual. Beliau menceritakan perjalanan kariernya sebagai perempuan yang memilih jalan tak biasa, menjadi nahkoda kapal, membawa nilai-nilai keberanian, ketekunan, dan kedisiplinan.
“Banyak yang kaget saat saya memilih jadi pelaut. Tapi saya tahu ini jalan saya. Dan saya ingin tunjukkan bahwa perempuan pun bisa menjadi pemimpin di laut.”
Di balik kesibukannya sebagai nahkoda kapal, Capt. Kartini tetap mengutamakan keluarga. Ia menetapkan tenggat pencapaian karier demi bisa hadir utuh dalam masa emas pertumbuhan anak-anaknya. Sebuah pesan penuh cinta yang sederhana namun sangat dalam maknanya.
Untuk generasi muda, Capt. Kartini mengajak mereka untuk lebih peduli pada laut dan kemaritiman Indonesia:
“Laut kita sangat luas. Transportasi laut sangat dibutuhkan, apalagi untuk daerah-daerah terpencil. Tidak ada halangan bagi perempuan di dunia pelayaran. Peraturan internasional maupun nasional sudah mendukung kesetaraan.”
Menutup sesi, Indah Laras memberikan refleksi yang menyentuh:
“Perempuan bukan hanya penjaga peradaban, tapi penentu arah. Seperti nahkoda yang membawa generasi pada pelabuhan masa depan. Dengan nilai, dengan hati, dan dengan cinta pada tanah air. Karena dari buaian ibu, dunia bisa berguncang. Perempuan adalah kekuatan yang membentuk masa depan bangsa.”
Konferensi Perempuan Indonesia 2025 masih akan berlanjut dengan tema-tema reflektif dan transformatif lainnya. Ikuti terus ruang-ruang pembelajaran ini, karena dari perempuan, lahir harapan baru bangsa. Untuk jadwal dan tema selanjutnya, kunjungi https://lynk.id/konferensiperempuanindonesia/pWAyoEj