Berita

 Network

 Partner

Follow Kabarbaru

Get it on Google play store
Download on the Apple app store

Kholisatul Hasanah Tegaskan KOPRI Harus Jadi Sutradara Pemberdayaan Berbasis Budaya

Kabarbaru.co
Kholisatul Hasanah Calon Ketua KOPRI Jatim.

Jurnalis:

Kabarbaru, Pasuruan – Calon Ketua KOPRI PKC PMII Jawa Timur (Jatim) nomor urut 2, Kholisatul Hasanah, menegaskan pentingnya memaknai keragaman budaya sebagai fondasi pemberdayaan masyarakat, khususnya perempuan. Hal itu ia sampaikan setelah debat kandidat bertema “Keragaman Budaya dan Pemberdayaan Masyarakat” yang diselenggarakan di Pendopo Kabupaten Pasuruan, Sabtu (21/6/2025).

“Kita nggak bisa memisahkan budaya dari dinamika sosial masyarakat. Budaya itu bukan cuma warisan atau simbol, tapi ruang hidup yang sangat strategis untuk intervensi sosial, terutama untuk pemberdayaan perempuan,” ujar Lisa—sapaan akrab Kholisatul Hasanah—kepada wartawan Kabarbaru.

Jasa Pembuatan Buku

Menurut Lisa, KOPRI harus berani keluar dari sekadar fungsi pelengkap gerakan mahasiswa. Ia menegaskan bahwa KOPRI punya tanggung jawab historis dan moral sebagai agen perubahan. “Perempuan itu bukan subjek pasif dalam tradisi, tapi pelaku aktif yang bisa mentransformasikan budaya jadi kekuatan baru,” lanjutnya.

Lisa menekankan bahwa KOPRI harus hadir sebagai “sutradara” dalam perubahan sosial berbasis budaya lokal. Ia menyebut bahwa kader perempuan KOPRI perlu turun langsung ke relung-relung budaya Jawa Timur dengan pendekatan yang inklusif, progresif, dan kontekstual. “Kita nggak cukup cuma mengapresiasi budaya. Kita harus mengolahnya jadi sumber daya hidup, nilai, bahkan kekuatan politik,” tegasnya.

Dalam sesi pemaparannya, Lisa juga memperkenalkan gagasan tentang inkubator kader perempuan berbasis wilayah dan sektor strategis. Ia menyebut bahwa pemberdayaan harus dimulai dari ruang hidup kader itu sendiri. “Jangan lagi pakai pendekatan yang seragam. Kita harus bangun inkubator kader yang berakar dari konteks geografis, budaya, dan ekonomi masyarakat,” imbuh Lisa.

Ia lalu memaparkan hasil pemetaan wilayah potensial yang bisa dijadikan contoh penerapan strategi KOPRI ke depan. Seperti Trenggalek, yang dikenal sebagai sentra industri batik dan kerajinan tangan. “Perempuan di sana jadi ujung tombak produksi. KOPRI bisa masuk lewat pelatihan desain, marketing digital, sampai advokasi hak pekerja perempuan,” terangnya.

Contoh lain adalah Madiun dengan potensi brem dan UMKM berbasis kuliner tradisional, serta Jember dengan kekuatan budaya literasi dan seni pertunjukan seperti Jember Fashion Carnaval. “Bayangin kalau kader KOPRI bisa bikin komunitas literasi atau pentas budaya yang juga melatih kepemimpinan perempuan. Itu luar biasa,” lanjutnya.

Lisa juga menyoroti pentingnya memahami masalah khas di tiap wilayah, seperti marginalisasi perempuan, kemiskinan struktural, hingga krisis lingkungan. “Pemetaan itu bukan cuma nyari potensi, tapi juga nyari luka-luka sosial yang bisa kita sembuhkan bareng,” ujarnya.

Lebih jauh, Lisa mengusulkan penguatan inkubator kader berbasis tematik. Misalnya KOPRI Ecofeminist untuk daerah rawan bencana seperti Lumajang atau Sidoarjo. “Di sana kita butuh kader yang bisa bicara soal gender dan lingkungan dalam satu napas,” jelasnya.

Ia juga menyebut konsep KOPRI Kreatif untuk daerah seni seperti Malang dan Kediri, serta KOPRI Edukatif untuk daerah dengan basis pendidikan seperti Jombang dan Tapal Kuda. “Inkubator ini bukan cuma tempat pelatihan, tapi ekosistem belajar yang aman dan fleksibel,” tambah Lisa.

Lisa menegaskan bahwa KOPRI perlu membangun kolaborasi multisektor untuk memperkuat gagasan dan implementasi. “Pemberdayaan itu nggak bisa dikerjakan sendirian. Harus bareng-bareng,” ucapnya.

Ia mencontohkan program seperti Desa Berdaya dari Dompet Dhuafa, atau kemitraan dengan Dinas Pemberdayaan Perempuan dan komunitas seni lokal. “Dari situ kita bisa perkuat advokasi, ekspresi budaya, dan solidaritas sosial,” terang Lisa.

Sebagai penutup, Lisa menyampaikan harapannya agar KOPRI mampu melahirkan kader perempuan yang tidak hanya militan secara ideologis, tapi juga kontekstual dan solutif. “Kekuatan kita ada di kemampuan membaca ruang. Kita harus jadi pelopor perubahan dari akar budaya sendiri,” pungkasnya.

Debat kandidat ini menjadi momentum penting menjelang Konferensi Wilayah PMII Jawa Timur. Gagasan-gagasan Lisa dinilai mampu menjawab tantangan zaman dengan tetap berpijak pada nilai-nilai lokal dan keberdayaan masyarakat.

Kabarbaru Network

https://beritabaru.co/

About Our Kabarbaru.co

Kabarbaru.co menyajikan berita aktual dan inspiratif dari sudut pandang berbaik sangka serta terverifikasi dari sumber yang tepat.

Follow Kabarbaru

Get it on Google play store
Download on the Apple app store