Kementan Harus Utamakan Penggunaan Kedelai Lokal ketimbang Kedelai GMO
Jurnalis: Faisol Bin Ali
Kabar Baru, Jakarta – Kementerian Pertanian (Kementan) menyatakan akan mulai mengembangkan kedelai rekayasa genetika atau Genetically modified organism (GMO) yang sebelumnya dilarang di Indonesia.
Kementan bahkan terbuka untuk melakukan impor benih kedelai GMO agar dikembangkan di Indonesia.
Menanggapi hal itu, Anggota Komisi IV DPR RI Firman Soebagyo meminta agar Kementan lebih berhati-hati jika ingin mengembangkan kedelai GMO.
Pasalnya, ada beberapa pihak yang menyatakan bahwa dari segi kesehatan penggunaan kedelai GMO ini belum diketahui apakah memang baik untuk kesehatan masyarakat atau tidak.
“Pemerintah khususnya Kementan harus mempertimbangkan penggunaan kedelai GMO untuk kepentingan kesehatan masyarakat. Karena dampak dari penggunaan kedelai ini sama sekali belum diuji dan masih terjadi kontroversi dari segi kesehatan,” kata Firman kepada wartawan.
Sekedar informasi, Kedelai GMO merupakan tanaman kedelai yang telah dimodifikasi atau disisipkan gen tertentu dengan tujuan untuk memperbaiki sifat-sifat yang diinginkan seperti meningkatkan resistensi terhadap herbisida, hama, dan kekeringan dan mayoritas kedelai yang diimpor dari AS, Argentina dan Brasil merupakan produk GMO.
Politikus senior Partai Golkar melanjutkan, bahwa telah membaca dari berbagai literatur dan penelitian Produk GMO dianggap dapat memberikan dampak negatif bagi kesehatan, lingkungan dan lain-lain.
Dengan penggunaan produk GMO, dikhawatirkan dapat terjadi mutasi tidak terduga pada objek dan memberik dampak pada lingkungan sekitarnya yang menyebabkan kondisi tidak terkendali.
“Kalau citra rasa, konon katanya kedelai GMO ini enak rasanya, namun harus juga hati-hati terhadap dampaknya. Apalagi ini masih pro dan kontra dimasyarakat seyogyanya Kementan harus melihat-lihat dulu apa kedepannya,” ujar Firman.
Lebih lanjut, Firman yang juga anggota Baleg DPR ini menilai, Komisi IV DPR justru mengusulkan agar Kementan lebih mengedepankan kedelai varitas asli ketimbang kedelai GMO.
Karena dengan menggunakan kedelai asli maka akan menggairahkan semangat petani dan kehigenisannya sudah pasti terjamin dan tidak perlu ditakutkan dengan adanya bahan-bahan lain.
“Komisi IV mendorong agar kedepankan kedelai varitas lokal atau asli harus dikembangkan dan diprioritaskan daripada kedelai GMO. Karena kita memiliki varitas kedelai bagus seperti varitas kedelai Grobogan penghasil kedelai yang bagus harusnya kedelai lokal harus dikembangkan bukan lagi lagi import jng mencontoh kegagalan varitas padi hebrida ,kenijakan harus bisa memberikan maanfat bagi perati kudusnya dan Indonesia pada umumnya dan tidak perlu bergantung kepada kedelai impor atau bahkan dengan menggunakan kedelai GMO,” tegas Firman yang legislator dapil Jateng III meliputi Pati, Rembang dan Gerobogan ini.
Sebelumnya, Kementerian Pertanian (Kementan) menyatakan akan mulai mengembangkan kedelai rekayasa genetika atau Genetically modified organism (GMO) yang sebelumnya dilarang di Indonesia.
Kementan bahkan terbuka untuk melakukan impor benih kedelai GMO agar dikembangkan di Indonesia.