Jelang Muktamar, Ketua Ansor: Evaluasi Ketertinggalan Pendidikan NU dan SDMnya
Jurnalis: Alberto Salim
KABARBARU, JAKARTA – Ketua Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor) Rahmat Hidayat Pulungan meminta agar pelaksanaan Muktamar Nahdlatul Ulama (NU) ke-34 besok, dapat dijadikan sebagai ajang pembenahan di dalam tubuh organisasi PBNU.
Rahmat menilai saat ini NU sudah semakin tertinggal dalam bidang pendidikan dan sumber daya manusia (SDM). Menurutnya, NU memerlukan banyak terobosan untuk mengejar ketertinggalan tersebut sekaligus menghadapi tantangan zaman yang berubah dengan cepat.
“Momentum Muktamar Nahdlatul Ulama ke-34 yang berlangsung pada 23-25 Desember ini harus dimanfaatkan sebaik mungkin untuk dilakukan muhasabah (introspeksi, evaluasi, dan pembenahan) secara internal di dalam tubuh organisasi PBNU,” jelasnya dalam keterangan tertulis, Selasa (21/12).
Rahmat mengatakan, salah satu ketertinggalan NU dalam bidang pendidikan adalah dari segi kualitasnya. Berdasarkan riset yang telah ia lakukan, NU tercatat memiliki 7.462 sekolah yang terdiri dari SD, SMP, SMK dan SMA. Namun dari seluruh sekolah itu, tidak ada satupun yang berada di peringkat 100 besar.
Kondisi serupa juga terjadi kepada 44 perguruan tinggi yang berada di bawah naungan NU. Ia menjelaskan, sampai saat ini masih belum ada universitas NU yang masuk dalam peringkat 100 besar.
“Untuk kampus yang terakreditasi A pun hanya satu, dan itu-itu saja, yakni Universitas Islam Malang (Unisma),” terangnya.
Dalam bidang kesehatan, kata dia, NU juga sama tertinggalnya dari segi kualitas. Rahmat menjelaskan, NU saat ini sudah memiliki sekitar 43 rumah sakit di pelbagai wilayah, namun tidak ada satupun yang memiliki fasilitas dan layanan kesehatan lengkap.
Sementara dalam sektor SDM, ia menilai, cendekiawan yang dilahirkan dari kalangan NU hanya berfokus pada bidang tertentu saja. Seluruh ketertinggalan tersebut, menurutnya, akan berdampak pada kesejahteraan warga nahdliyin.
Rahmat mengatakan, berdasarkan data yang ada kebanyakan orang muslim Indonesia yang miskin adalah merupakan masyarakat NU. Sementara di sisi lain sebanyak 59,7 persen orang muslim kelas menengah dekat dengan NU.
“Oleh karena itu, transformasi organisasi penting untuk mengubah warga NU agar lebih baik dalam segala bidang. NU perlu berbenah total,” ujarnya.
Lebih lanjut ihwal Muktamar ke-34 NU, Rahmat juga meminta agar para pengurus NU terpilih dapat benar-benar mengurus organisasi Islam ini. Tidak hanya sebatas gembar-gembor menjelang muktamar semata.
Menurutnya, para pengurus terpilih PBNU harus dapat memiliki fokus dan prioritas organisasi, jangan semuanya diurusi oleh NU.
“Ini kalau muktamar atau konferwil, konfercab semuanya nafsu jadi pengurus, setelah jadi, boro-boro mau ngurus organisasi, yang ada malah minta diurus. Mandat kita itu pendidikan dan dakwah. Kita harus fokus di masalah utama, bukan masalah turunannya,” ujarnya
“Kita harus buat semacam Rencana Induk Jangka Panjang Organisasi (RIJPO) untuk 5-10 tahun ke depan. Blueprint ini akan jadi pedoman untuk semua yang terlibat dalam organisasi dari atas sampai bawah,” imbuh Rahmat.
Selain itu Rahmat juga berpendapat, saat ini NU memerlukan sosok pemimpin yang visioner untuk menghadapi masyarakat di era yang baru ini. Ia mengatakan, kini masyarakat Indonesia sudah memasuki era virtual ketika sebagian besar orang beraktivitas di ruang-ruang digital. Termasuk aktivitas belajar.
Rahmat menjelaskan, telah terjadi pergeseran media belajar dari konvensional seperti tatap muka menuju ruang digital. Masyarakat, mulai dari kalangan balita, anak muda sampai orang tua, sebagian besar lebih memilih belajar apapun melalui media sosial seperti YouTube.
Rahmat berharap, tokoh pemimpin yang terpilih dalam Muktamar NU mendatang merupakan sosok pemimpin visioner, yang mampu membawa NU lebih maju dalam segala bidang di masyarakat baru ini.
“Kami berharap PBNU dipimpin oleh tokoh yang visioner agar bisa mengimbau masyarakat baru yang serba digital dan cepat ini,” pungkasnya.