Jawaban Dari Doa: Penempatan ASN PPPK Yang Penuh Kebahagiaan dan Haru
Jurnalis: Bagaskara Dwy Pamungkas
Penulis: Sukma Rita
Kabarbaru – “Aku akan terus berkiprah menjadi guru, di mana pun aku berada, sejauh apapun aku melangkah, pilihan menjadi guru akan terus tertanam di sanubariku”.
Saya adalah anak pertama yang memantapkan hati menjadi guru meskipun harus merantau jauh dari kampung halaman. Bak gayung bersambut, tidak lama dari itu Kemendikbud mengeluarkan salah satu program untuk meningkatkan ke profesionalisme guru dalam mendidik, yaitu program PPG Prajabatan. Tahun 2022 adalah tahun pertama program ini diluncurkan, betapa bahagianya aku saat itu bisa meneguk kembali pendidikan untuk menempa diri menjadi guru yang professional. Dibarengi dengan semangat yang membara tahapan-tahapan berat aku lalui hingga bisa lulus menjadi mahasiswa PPG Prajabatan Gelombang 1 Tahun 2022.
Program pendidikan ini telah menempaku untuk menjadi sosok yang sangat mencintai dunia pendidikan, dan terus berikhtiar untuk berkontribusi menciptakan pendidikan yang baik di seluruh pelosok negeri. Namun, saat itu jauh di lubuk hatiku masih merasa ada kurang, yang aku inginkan belum sepenuhnya terwujud, aku ingin mengaplikasikan ilmu ini ke seluruh negeri, tidak hanya untuk guru dan peserta didik yang ada di kota, namun juga sampai ke seluruh pelosok desa.
Lulus Seleksi ASN PPPK
Hal yang dinanti-nanti pun datang, pengumuman seleksi PPPK pun bergema, pada saat itu alumni PPG Prajabatan diberikan keistimewaan yaitu akan dimudahkan kelulusan apabila mengikuti seleksi sesuai dengan mapping penempatan. Melihat tempat mapping yang sangat jauh dari kampung halaman awalnya aku sedikit terkejut, namun kembali lagi ini doaku yang berkali-kali aku ucapkan kepada pencipta, bahwa aku ingin bermanfaat lebih besar untuk negeri. Akhirnya setelah berdiskusi dengan orang tua, dan mereka merestui aku pun mengikuti seleksi, dan dinyatakan lulus. Berita kelulusan membuat perjalanan panjang untuk menjemput pelangi di ujung timur Aceh pun dimulai.
Terkejut dengan Tempat Penempatan
SMP Negeri 14 Kota Langsa menjadi tempatku mengabdi. Di kota yang belum sama sekali kujamah ini, diriku sempat tertegun memikikirkan harus kembali menjalani kehidupan di rantau. Di balik semangat yang membara, terpincut rasa sedih lantaran harus meninggalkan orang tua dan pekerjaan. Namun, rasa itu perlahan kulawan dengan niat melanjutkan perjalanan juang.
Hari pertama sampai, aku mulai mencari sekolah penempatan bermodalkan alamat yang tertera di internet. Sepanjang jalan aku juga bertanya kepada warga, ternyata banyak warga yang tidak tahu letak sekolah penempatanku, sampai ditunjukkan jalan oleh salah satu warga yang juga menyekolahkan anaknya di sana, beliau mengatakan bahwa sekolah tempat penempatanku masih jauh dan melewati rimbunnya pohon sawit, setelah itu harus menaiki bukit lagi dengan jalan yang terjal, awalnya keterkejutan itu pasti ada, tapi aku kembali menenangkan diri bahwa ini takdir terbaik yang telah aku pilih.
Di balik rimbunnya pohon sawit yang menjulang tinggi, aku menemukan gedung sekolah tersebut, tempat penempatanku adalah bekas bangunan SD yang sudah ditutup selama 10 tahun yang lalu, karena tidak ada lagi peserta didik, kemudian tahun 2023 dibuka kembali menjadi SMP Negeri 14 Langsa. Pertama melihat suasana sekolah aku langsung teringat Film Laskar Pelangi, film yang ku putar berulang kali karena terpesona melihat betapa tulusnya guru dalam mengajar dan peserta didik yang begitu semangat di tengah keterbatasan sarana dan prasarana yang ada.
Kepanikan awalnya semakin menjadi-jadi, terbesit di pikiran bagaimana cara aku mendidik siswa yang jumlahnya hanya 14 orang dengan tempat yang jauh dari hiruk pikuk kehidupan kota. Pada saat itu orang tuaku berulang kali menenangkan bahwa ini pilihan hidup yang sangat luar biasa, karena menjadi guru adalah tugas mulia, dimana pun aku berada, keberadaanku harus mampu menebar manfaat sebanyak-banyaknya.
Menebar Manfaat Lebih Besar
Berbagai ketakutan juga berkecamuk di kepalaku, mulai dari jalanan menuju sekolah yang sepi hingga kabar-kabar miring yang tersiar soal daerah penempatanku. Namun, waktu menjawab semuanya. Beradaptasi dengan tempat baru awalnya ku pikir hal yang sulit, terlebih aku yang sudah terbiasa hidup dan mengajar sebelumnya di kota, namun saat ini harus banting stir menuju pelosok desa yang bahkan listrik pun belum mengalir sempurna. Namun, ternyata semuanya tidak sesulit itu saat dijalani dengan keikhlasan, aku ikhlas mendidik, dan aku menemukan kebaikan di tempat ini.
Di sekolah ini mayoritas orang tua peserta didik pekerja di perkebunan sawit, ada ayahnya yang menjadi satpam, ada yang bertugas memanen sawit saat masa panen, dan ada yang berkerja di ladang. Peserta didik sebagian juga bekerja sepulang sekolah untuk membantu orang tua. Hal ini menyebabkan mereka tidak begitu fokus dalam belajar, karena sudah cukup kelelahan, sehingga sudah menginjakkan kaki di jenjang SMP masih banyak peserta didik yang belum bisa membaca, ini tentunya menjadi PR baru bagiku untuk lebih ekstra dalam mengajar sesuai ilmu yang aku dapatkan di perkuliahan PPG Prajabatan.
Aku mulai membuka kelas membaca di setiap sela jam istirahat dan jam pulang sekolah, untuk peserta didik yang belum bisa membaca, tentunya hal ini aku lakukan untuk meningkatkan literasi bagi anak-anak, karena kemampuan baca tulis adalah kemampuan yang paling penting yang harus dimiliki peserta didik di abad-21 ini. Selain itu, aku juga mengajarkan tahfidz karena masih banyak peserta didik yang belum bisa membaca al-quran dengan benar.
Meskipun berada di pelosok desa, warga disini begitu menghargai sosok guru, saat melintasi jalan menuju sekolah sepanjang jalan aku kerap disapa oleh masyarakat, bahkan berulang kali saat sepeda motorku terjerembap lumpur karena akses jalan ke sekolah yang licin, warga selalu berbondong-bondong untuk membantu, bagi mereka guru begitu mulia karena sudah mengajarkan ilmu kepada anak-anak yang ada di sana.
Hal yang ditakutkan menjadi hal yang paling disyukuri
Tempat penempatan PPPK yang awalnya aku takutkan, ternyata menjadi hal yang begitu aku syukuri hingga saat ini. Bertemu dengan rekan kerja yang penuh dengan ketulusan dalam mendidik generasi bangsa, siswa yang meskipun jumlahnya terbatas tapi mereka menyimpan cerita dan harapan yang luar biasa, serta warga yang sangat ramah dan menerimaku dengan cukup baik di tempat ini.
Di sekolah ini aku tidak hanya sekadar mengajar, namun menebar kebermanfaatan lebih besar untuk mendidik generasi. Karena aku yakin orang sukses tidak dilahirkan dari gemerlapnya kehidupan kota namun bisa lahir dari pelosok desa, oleh karena itu orang sukses itu harus bisa ditempah dari dini sehingga ketika mereka dewasa, kelak bisa menjadi manusia yang berarti.
Dari ujung timur Aceh, di tengah rimbunnya pepohonan kelapa sawit dan terjalnya jalan menuju tempatku mengajar, aku menemukan kebahagian yang tidak mampu dideskripsikan dengan hal apapun, sampai saat ini memilih penempatan ASN PPPK ke desa kecil ini membuatku terus belajar dan bersyukur aku dilahirkan menjadi seorang guru, yang semangatnya akan terus berkobar, lisannya akan terus menebar kebaikan, perbuatannya akan menjadi contoh tauladan, untuk generasi emas masa depan.