Ini Alasan Kenapa Pramono Lebih Baik dari Ridwan Kamil di Pilkada Jakarta
Jurnalis: Hanum Aprilia
Kabarbaru, Jakarta – Pramono Anung dan Rano Karno sebagai Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Daerah Khusus Jakarta (DKJ) mencanangkan beberapa program-program yang akan memberikan dampak positif terhadap kehidupan religious Warga DKJ.
Beberapa program yang dicanangkan seperti memberangkatkan umrah bagi Marbot Masjid dan Guru Ngaji seperti yang dilakukan oleh Gubernur DKI Jakarta sebelum-sebelumnya akan dilanjutkan.
Pramono Anung pun Ketika menjabat sebagai Menteri Sekretaris Kabinet, dengan kerja sama yang dilakukan bersama Kementerian Agama, telah memberangkatkan security dan petugas cleaning servis berangkat haji.
Sehingga hal ini merupakan sebuah pembuktian keberpihakan Pramono Anung kepada Masyarakat yang membutuhkan dukungan untuk menjalankan peribadatannya.
Lalu, Rano Karno dikesempatan yang lain juga menyampaikan akan memberikan insentif kepada marbot dan guru ngaji jika terpilih menjadi Wakil Gubernur DKJ. Beliau menyampaikan bahwa marbot itu memiliki fungsi yang luar biasa.
Marbot bukan hanya sekadar pembersih masjid, namun juga biasanya melakukan tugas sebagai muazin, sehingga perlu dipikirkan kesejahteraannya. Hal ini pun pernah beliau lakukan saat menjadi Wakil Gubernur dan juga Gubernur di Provinsi Banten.
Beliau berpendapat bahwa meskipun materi bukan menjadi tujuan beliau-beliau, namun bekerja di Rumah Allah sebagai ruang pengabdian perlu juga dipikirkan oleh pemerintah insentifnya.
Orang Betawi menjunjung tinggi prinsip-prinsip moral Islam seperti kesopanan (kesopanan), kerendahan hati (kerendahan hati), dan solidaritas masyarakat (gotong royong).
Nilai-nilai ini membentuk hubungan antarpribadi dan tercermin dalam etika sosial, aturan berpakaian, dan rasa hormat kepada orang yang lebih tua.
Lalu juga, Tokoh agama, khususnya kiai (cendekiawan Islam), memainkan peran sentral dalam masyarakat Betawi.
Mereka dihormati karena pengetahuan agamanya dan sering kali menjadi penengah dalam masalah-masalah masyarakat, memimpin upacara, dan memberikan bimbingan spiritual.
Sehingga program-program yang menyangkut religiusitas Masyarakat yang dicanangkan oleh Pramono Anung dan Rano Karno bukan lah semata-mata untuk menggaet pemilih Islam, namun juga untuk menjaga nilai-nilai kebudayaan Betawi yang sarat akan nilai-nilai religius.
Dengan memberikan banyak program bagi marbot dan guru ngaji, maka ada nilai-nilai gotong royong serta menghormati tokoh-tokoh agama di wilayah setempat untuk bisa terus menjadi penengah di Tengah-tengah Masyarakat.
Ketua Umum JKT RETRO (Relawan Tempur Pramono-Rano) Achyar Al Rasyid mengatakan bahwa di tengah Kota besar seperti Jakarta, di mana kehidupan modern sering kali menimbulkan jarak antara individu dan agama.
“Keberpihakan Pramono Anung dan Rano Karno terhadap kehidupan religius merupakan wujud nyata untuk membumikan nilai-nilai luhur kebudayaan,” ujarnya.
Pramono Anung dan Rano Karno menawarkan ruang bagi umat untuk bersama-sama kembali pada nilai-nilai dasar Islam, yaitu nilai-nilai universalitas kemanusiaan.
Gerakan ini memiliki beberapa tujuan utama yang mencerminkan semangat Islam sebagai agama yang membawa rahmat dan kedamaian bagi semua. ini adalah bentuk nyata dari dakwah Islam yang mengedepankan persatuan dan kebersamaan.
Sehinga ini adalah kesempatan bagi mereka untuk membangun karakter kuat, memperdalam iman, dan memahami ajaran Islam secara lebih mendalam.
Dengan mengedepankan dakwah yang penuh kasih sayang dan persaudaraan, Pramono Anung-Rano Karno menekankan pentingnya membangun kehidupan yang harmonis antara sesama umat, baik di dalam maupun di luar masjid.
Islam sebagai agama sosial diajarkan melalui tindakan nyata, seperti gotong royong, peduli terhadap lingkungan sekitar, dan saling membantu sesama.
Hingga tahun 2023, menurut data dari Sistem Informasi Masjid (SIMAS) Kementerian Agama, terdapat sekitar 3.758 masjid di lima kota administratif Daerah Khusus Jakarta.
Selain itu, di wilayah ini terdapat sekitar 6.884 musala yang menjadi tempat beribadah di lingkungan sekitar, mal, tempat umum, dan lain-lain, ini yang akan menjadi perhatian dari Pramono Anung dan Rano Karno.
“Seperti dalam lirik lagu Si Doel ‘kerjaannya Sembahyang Mengaji’, saya pikir ‘sembahyang’ dan ‘mengaji’ ini jangan diartikan sempit hanya untuk umat Islam saja, dan dimaknai sempit sebagai ritual fiqih salat dan membaca Al-Qur’an, dalam kebudayaan, sembahyang juga diartikan sebagai kegiatan komunal yang menumbuhkan persatuan. Di luar salat formal, istilah ini juga dapat meluas ke bentuk pengabdian lainnya, seperti acara-acara kehidupan seperti pernikahan, pemakaman, dan selamatan”, ujar Achyar Al Rasyid yang juga merupakan Dewan Pengawas Pondok Pesantren Darul Hidayah ini.
Pramono – Rano karno benar benar memahami betapa pentingnya melestarikan culture dan kebudayaan betawi yang sudah terjalin selama ratusan tahun antara masyarakat, ulama, kiai, habaib hingga masyarakat dari berbagai latar belakang suku dan agama yang tumpah ruah mengadu nasib di jakarta.
Program sembahyang-mengaji, bukan hanya janji dan lip servis akan tetapi peresapan nilai dari kultur betawi, hingga bisa di aplikasikn menjadi program program yang bermanfaat secara sosial dan mempertahankan culture dan budi pekerti yang mulia agar terus dapat dilanjutkan pada generasi generasi berikutnya yang hidup di DKJ.
“Hal ini seluruhnya adalah proses pengejawantahan dari Hadits yang Diriwayatkan Sahabat Jabir dan disebutkan At Thabrani dalam Mu’jam Al Awsath “Sebaik Baiknya Manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya,” pungkasnya.