Fandi Noho Mahasiswa KKN Ungkap Potensi Wisata Tersembunyi Desa Bonto Matinggi

Jurnalis: Bahiyyah Azzahra
Kabar Baru, Maros, 21 Juli 2025 — Fandi Noho, mahasiswa Universitas Negeri Gorontalo yang tengah menjalankan program Kuliah Kerja Nyata (KKN) Kebangsaan XIII Tahun 2025 di Dusun Pattenea, Desa Bonto Matinggi, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, mengungkap sejumlah potensi wisata alam yang masih tersembunyi dan belum banyak terekspos kepada publik.
Dalam wawancaranya, Fandi menyebutkan bahwa Desa Bonto Matinggi menyimpan kekayaan alam luar biasa yang belum banyak diketahui oleh wisatawan, baik lokal maupun luar daerah. Salah satu objek wisata yang disoroti adalah Air Terjun Sapanna, yang terletak di Dusun Katoang. Air terjun ini menawarkan pemandangan asri dengan aliran air jernih di tengah lebatnya vegetasi hutan tropis.

Selain Sapanna, Air Terjun Tombunga juga disebut sebagai salah satu destinasi yang sangat berpotensi untuk dikembangkan. Lokasinya yang masih alami dan akses yang mulai terbuka menjadikan tempat ini sebagai spot potensial untuk wisata petualangan dan ekowisata.
“Kami sangat terkesan dengan kondisi alam di Bonto Matinggi. Sayangnya, belum ada promosi dan pengelolaan yang maksimal. Padahal, potensi wisata di desa ini sangat menjanjikan jika dikelola secara berkelanjutan dan melibatkan masyarakat lokal,” ujar Fandi Noho
Tak hanya itu, beberapa potensi lainnya juga mulai teridentifikasi oleh tim KKN Kebangsaan yang tergabung dari berbagai perguruan tinggi. Bentuk wisata lainnya seperti gua-gua alami peninggalan bersejarah, jalur trekking hutan, dan pemandian alami juga menjadi sorotan.

Namun demikian, Fandi juga menghimbau kepada para wisatawan yang hendak mengunjungi destinasi wisata di Desa Bonto Matinggi untuk melapor terlebih dahulu kepada pemerintah desa. Hal ini penting agar pengunjung dapat didampingi oleh pemerintah desa atau masyarakat setempat, guna menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, termasuk tersesat atau kecelakaan.
“Kami menyarankan agar setiap wisatawan yang datang melapor lebih dulu ke kantor desa. Pihak pemerintah desa atau warga lokal siap mendampingi karena medan ke lokasi wisata cukup ekstrem dan ada beberapa titik yang rawan,” ujar Fandi
Ia juga menekankan pentingnya kesadaran akan keselamatan, khususnya saat berkunjung ke Air Terjun Tombunga, yang menurut informasi telah beberapa kali menelan korban jiwa akibat arus deras dan kondisi cuaca yang cepat berubah.
“Kami tidak menyarankan untuk mandi di Air Terjun Tombunga. Jika cuaca mulai mendung, sebaiknya segera bersiap kembali pulang karena air bisa meluap tiba-tiba,” tambahnya.
Melalui kolaborasi dengan pemerintah desa, masyarakat, serta mahasiswa dari universitas lain yang juga melakukan KKN di daerah tersebut, Fandi yang di percayakan sebagai koordinator desa ( KORDES ) mengajak rekan-rekannya berupaya mendorong digitalisasi promosi desa melalui media sosial, pembuatan konten wisata, dan pemasangan penunjuk arah untuk memudahkan wisatawan.
Program ini diharapkan tidak hanya meningkatkan kunjungan wisata, tetapi juga dapat membuka peluang ekonomi baru bagi warga desa secara inklusif dan berkelanjutan.
Kontak Media:
Instagram: @fndinoho7_