PT Bumi Suksesindo Buka Lowongan Pekerjaan Perempuan Sebagai Operator Alat Berat
Jurnalis: Joko Prasetyo
KABAR BARU, BANYUWANGI – PT Bumi Suksesindo, (PT BSI) sebuah perusahaan tambang emas di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, mempekerjakan 18 orang perempuan sebagai operator kendaraan alat berat. Mereka dilatih keras agar bisa melakukan tugas-tugas yang biasanya dibebankan kepada kaum pria.
Kasmijo, Mining Manager PT BSI mengatakan, rekrutmen operator perempuan dilakukan dalam dua tahap yakni pada 2023 dan 2024.
“Kami ingin membuang prasangka di luar sana, bahwa tambang itu lapangan pekerjaan khusus lelaki dan tidak cocok untuk perempuan,” katanya.
PT BSI akhirnya membuka lowongan untuk kaum perempuan muda yang tinggal di kawasan Ring 1 dan Ring 2 lingkar tambang. Perusahaan tidak mencari tenaga berpengalaman dan justru merekrut mereka yang baru lulus kuliah atau sekolah.
Menurut Kasmijo, lebih mudah menanamkan nilai-nilai budaya kerja perusahaan kepada orang baru daripada tenaga berpengalaman. “Mereka yang berpengalaman bisa saja membawa kultur dari perusahaan lama yang mungkin berbeda dengan PT BSI, dan bisa berdampak negatif,” katanya.
Tentu saja 18 operator perempuan itu harus mendapatkan pelatihan yang serius dan matang sebelum benar-benar bekerja di lapangan. Mereka harus melewati bimbingan mental dan fisik selama delapan hari di Pantai Lampon, Banyuwangi, yang merupakan pusat pelatihan marinir. Mereka dilatih keras agar benar-benar memiliki fisik dan mental yang tangguh. Dimulai pada pagi hari, pembinaan mental dan fisik baru berakhir pada pukul sepuluh malam.
“Kami mendapat pelajaran ilmu tentang alat-alat berat pertambangan, mengenai komponen mesin, dan bagaimana mengendarainya. Kami juga mendapat pelajaran soal pertambangan,” kata Vanessa Fazura, salah satu operator perempuan (female green operator).
Semula mereka berlatih dengan simulator. Dua bulan kemudian, mereka dilatih di lapangan dengan mengendarai alat berat itu secara langsung. Tidak mudah. Namun Vanessa beruntung para instruktur cukup telaten dan sabar dalam melatih mereka.
Lulus dari tempaan pelatihan yang keras, para operator perempuan ini langsung terjun di lapangan yang didominasi pekerja lelaki. Mereka dibagi ke dalam tiga kru dan bekerja bersama 80 – 100 pekerja pria. Mereka bergiliran menjalani shift malam dan siang.
“Tugas saya adalah mengendarai alat berat untuk mengangkut material ore atau waste. Material ore yang ada kandungan emasnya diletakkan di OPP (Ore Processing Plant). Sementara material waste-nya (material tak terpakai), kami taruh di area waste dump,” kata Lila Niluh Anggriani, operator perempuan lainnya, bangga.
Dalam satu shfit, Niluh bisa 16 sampai 20 kali memuat material yang membutuhkan waktu kurang lebih 15- 30 menit dalam satu muatan untuk dibawa dari front loading hingga ke area dumping-an dan kembali ke front loading. “Yang paling susah adalah adanya blind spot. Jarak pandang sangat terbatas, apalagi hari-hari ini musim hujan dan kabut. Jadi harus ekstra hati-hati,” katanya.
Pertama kali mengendarai ADT (Articulated Dump Truck) 745, Vanessa merasa canggung dan sempat terpesona. Tinggi badannya 158 centimeter berbanding dengan kendaraan besar yang memiliki tinggi tiga meter itu dan memiliki kemampuan mengangkut 45 ton material tanah yang mengandung ore (emas) maupun material buangan (waste) yang tak mengandung mineral dan emas.
Namun kini Vanessa sudah mempelajari tiga tipe ADT, yakni Belt, CAT, dan Volvo. “Cuma memang cara pengoperasiannya agak sedikit beda. Next saya memang bercita-bercita lebih tinggi, siapa tahu bisa naik Off Highway Truck (OHT) yang lebih besar lagi muatannya dan mempelajari alat-alat berat lain,” katanya.
Tak hanya beradaptasi soal teknis, Niluh dan Vanessa harus cepat beradaptasi bekerja di dunia kaum Adam. Semula mereka merasa tidak nyaman karena tak terbiasa. Namun mereka merasa terlindungi, karena PT BSI memiliki protokol ketat soal perlindungan terhadap pekerja perempuan.
PT BSI membuat sistem dan fasilitas yang melindungi kaum perempuan. Para pekerja perempuan mendapat tempat peristirahatan khusus yang dimonitor CCTV selama 24 jam setiap hari. Toilet pun terpisah dari pekerja lelaki.
“Semua karyawan yang merasa mengalami intimidasi atau pelecehan fisik maupun verbal, bisa langsung melapor dan akan ditindaklanjuti oleh top managemen. Intinya kami mencoba menjadikan BSI tempat bekerja yang nyaman untuk seluruh karyawan, baik pria maupun wanita,” kata Kasmijo. (*)