Jadi Modus Oknum Pengelola Asrama, DPR RI Imbau Orang Tua Tak Tertipu Biaya Pendidikan Gratis
Jurnalis: Haidar Ali
KABARBARU, JAKARTA – Wakil Ketua Komisi X DPR, Dede Yusuf Macan Effendi mengingatkan para orang tua untuk tidak tergiur menitipkan anaknya pada sekolah dengan fasilitas asrama atau pondok pesantren karena iming-iming sekolah gratis atau hal apa pun.
Hal itu disampaikan untuk mencegah terjadinya kekerasan seksual pada anak. Dia meminta semua orang tua harus waspada dan hati-hati dalam memasrahkan anak kepada seorang guru, karena tidak semua orang yang pura-pura mengaku guru, baik.
Dia menegaskan, tanpa ada peran orang tua kemungkinan hal buruk akan terjadi termasuk kasus kekerasan seksual. Oleh karena itu, Kang Dede mengatakan, untuk memutus kekerasan seksual di lingkungan pendidikan ada beberapa langkah harus dilakukan. Salah satunya, harus adanya peran dari komite sekolah.
“Pesan bagi orang tua jangan sembarangan menitipkan anak hanya karena iming-iming sekolah gratis atau apalah,” kata Kang Dede sapaan akrab Dede Yusuf di Jakarta, Senin (13/12/2021).
Selanjutnya, Politisi Partai Demokrat ini menuturkan, komite sekolah harus memiliki koordinasi dengan Dinas Pendidikan setempat. Skema pengawasan yang di pesantren sejauh ini pihaknya tidak mengetahui apakah ada komite pesantren atau tidak seperti yang dilakukan pada satuan pendidikan di bawah Kemendikbudristek. Pasalnya, pesantren menjadi wewenang dari Kementerian Agama (Kemenag).
Dia mengakui, tidak tau banyak tentang regulasi penitipan anak ke asrama tertentu, namun semua orang tua disarankan mempelajari semua itu.
Kemudian, dia meminta stakeholder terkait ikut bergerak menyuarakan kebaikan ini.
“Saya tidak tahu apakah ada komite pesantren karena sering saya dengar orang tua itu menitipkan anak atau mondok. Menitipkan anak dan mungkin belum tentu dikontrol. Kalau di sekolah bisa komite sekolah aktif, nah seperti ini saya tidak tahu sehingga saya tidak bisa memberikan penilaian,” imbuhnya.
Sebelumnya, terjadi kekerasan seksual yang dilakukan oleh oknum guru dan pimpinan Pondok Pesantren Manarul Huda Antapani, Bandung, Jawa Barat terhadap 21 santriwati. Belajar dari insiden memalukan itu, kang Dede buka suara.