Hujan Deras di Tengah Musim Kemarau, Ini Penjelasan Resmi BMKG

Editor: Bahiyyah Azzahra
Penulis : Artha Audina Aritonang, dan Nafisa Qotrun Nada (Sastra Inggris, Universitas Negeri Semarang)
Semarang, 21 Mei 2025 Meski kalender menunjukkan Indonesia telah memasuki musim kemarau sejak awal Mei, realita di lapangan menunjukkan hal sebaliknya. Sejumlah wilayah di Tanah Air masih diguyur hujan dengan intensitas sedang hingga tinggi. Kondisi ini memicu tanda tanya di kalangan masyarakat: mengapa hujan masih terjadi di musim kemarau?
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) angkat bicara. Dalam keterangan resminya, BMKG menyebutkan bahwa hujan yang terjadi di bulan Mei 2025 ini merupakan dampak dari masa transisi musim atau pancaroba, yang diperparah oleh keberadaan bibit siklon tropis 93P di wilayah sekitar Laut Arafura. > “Sebagian besar wilayah Indonesia memang belum sepenuhnya masuk musim kemarau. Masih ada peralihan pola angin dan kelembaban udara yang tinggi, ditambah gangguan atmosfer seperti bibit siklon,” ujar Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, dikutip dari Kompas, Minggu (19/5/2025).
Bibit Siklon Tropis 93P, Pemicu Cuaca Ekstrem.
Bibit siklon tropis 93P terdeteksi sejak awal Mei di Laut Arafura, sekitar 1.000 km di selatan Papua. Data dari BMKG menunjukkan bahwa sistem ini memiliki kecepatan angin berkisar 25–30 knot dan tekanan minimum 1005 hPa. Meskipun berada di luar wilayah tanggung jawab Indonesia, bibit ini tetap memberikan dampak tidak langsung berupa peningkatan curah hujan di beberapa provinsi.
Wilayah yang terpengaruh antara lain Nusa Tenggara Timur (NTT), Papua, Maluku, hingga sebagian Kalimantan dan Sulawesi. Selain hujan lebat, beberapa daerah juga dilaporkan mengalami angin kencang dan gelombang laut tinggi, dengan potensi gelombang mencapai 2,5 meter di perairan selatan. Tidak Hanya Hujan, Tapi Juga Banjir dan Longsor, akibat cuaca tak menentu ini, sejumlah bencana hidrometeorologi pun mulai bermunculan. Di Kabupaten Manggarai Barat, NTT, hujan deras menyebabkan longsor ringan di ruas jalan desa, sementara di Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara, genangan air menutupi area persawahan warga.
Data BNPB hingga 20 Mei 2025 mencatat setidaknya 17 kejadian banjir dan 8 kejadian tanah longsor di berbagai wilayah Indonesia selama bulan Mei saja.
Prediksi: Kapan Musim Kemarau “Benar-Benar” Datang?
Menurut prakiraan terbaru, musim kemarau diperkirakan baru akan benar-benar stabil di sebagian besar wilayah Jawa dan Sumatera pada minggu kedua hingga ketiga bulan Juni. Namun, wilayah Indonesia bagian timur, terutama Papua dan Maluku, kemungkinan besar masih akan diguyur hujan hingga akhir Juni.
Sementara itu, BMKG juga menegaskan bahwa El Niño yang sempat menguat di tahun 2023–2024 sudah mulai melemah, dan kini Indonesia berada dalam kondisi netral, meski pola-pola cuaca lokal masih sangat dinamis.
Masyarakat Diminta Tidak Terpaku Kalender.
Terkait Cuaca yang buruk, BMKG mengingatkan agar masyarakat tidak berpatok pada kalender. Namun, tetap waspada kapanpun dimanapun perihal cuaca yang ekstrem tersebut.
BMKG mengimbau masyarakat untuk tidak sepenuhnya terpaku pada kalender musim kemarau. Di era perubahan iklim saat ini, batas-batas musim bisa bergeser dari tahun ke tahun. Oleh karena itu, masyarakat diminta untuk lebih aktif memantau informasi cuaca harian melalui kanal resmi BMKG, seperti aplikasi InfoBMKG, website bmkg.go.id, maupun media sosial BMKG.
“Kami mengajak masyarakat, terutama petani, nelayan, dan pelaku wisata alam, untuk selalu memperbarui informasi cuaca agar dapat mengambil keputusan yang tepat,” tambah Dwikorita.