Berita

 Network

 Partner

Follow Kabarbaru

Get it on Google play store
Download on the Apple app store

Gelar Aksi Mimbar Bebas, Aliansi Gerakan Perempuan NTB Tuntut Keseteraan Gender

Jurnalis:

Kabarbaru, Mataram – Simpang 4 BI Kota Mataram kembali diramaikan dengan aksi mimbar bebas yang dilaksanakan oleh Aliansi Gerakan Perempuan NTB pada pukul 16.00 WITA. Puluhan massa aksi berkumpul dengan membentangkan spanduk serta petaka-petaka yang berisi tuntutan serta problem yang saat ini dirasakan oleh perempuan Indonesia terkhususnya di NTB.

Dalam aliansi ini tergabung beberapa organisasi yaitu FMN Mataram, BEM Unram, BEM FKIP Unram ,BEM FHISIP Unram, BEM FEB Unram, BEM Pertanian Unram, SMI, FMR, BEM Peternakan Unram, Ruang Muda Unram.

Aliansi Gerakan Perempuan NTB lahir karena keresahan-keresahan kaum perempuan dimana dalam kehidupan sehari-hari semakin maraknya terjadi kekerasan terhadap perempuan baik fisik maupun verbal dalam lingkungan manapun termasuk di dalam kampus.

Data real time Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KEMENPPPA) hingga 11 Agustus 2024 tercatat 15.173 terjadi kekerasan dan di dominasi oleh perempuan sebanyak 80,1 %.

Tempat terjadinya kekerasan juga beragam dari tempat umum, kantor, sekolah, kampus, hingga keluarga. Dari bentuk kekerasan sendiri, kekerasan seksual adalah bentuk kekerasan yang paling banyak yaitu sebanyak 6.966 diikuti oleh kekerasan fisik dan psikis.

Data-data diatas menjadi keresahan bersama organisasi-organisasi mahasiswa di NTB yang kemudian mereka kampanyekan secara bersama-sama sebagai bentuk pencegahan dan edukasi kepada masyarakat luas.

Tara Karillah Davanti Wakil Menteri Pergerakan Perempuan BEM FEB Unram yang bertindak sebagai koordinator aksi menjelaskan bahwa aksi mimbar bebas yang mereka lakukan adalah bentuk nyata dari sikap mahasiswa NTB yang tegas menentang penindasan dan pelecehan terhadap perempuan.

Aksi mimbar bebas ini adalah bagian dari penyadaran kepada masyarakat. Masyarakat luas perlu mengetahui bahwa isu dan masalah perempuan NTB berkesinambungan dengan tingkat kemiskinan yang menyebabkan terjadinya pelecehan, kriminalitas, buta aksara, stunting hingga kematian, baik anak dan ibu muda.

“Feodal patriarkal melahirkan kekerasan berbasis budaya berbentuk himpitan perkawinan anak perempuan. Perempuan dianggap beban dan objek seksual dalam keluarga. Perlindungan untuk Perempuan patut ditegakkan dan dipertegas, pemerintah harus segera mengesahkan RUU yang berpihak kepada Perempuan dan tingkatkan dukungan kebijakan melalui penganggaran.” Jelas Tara.

Peserta aksi terlihat sangat antusias dan semangat dalam mengikuti aksi mimbar bebas ini. Bergantian dari mereka naik menyampaikan keresahan serta tuntutannya. peserta aksi berharap aktivitas seperti ini terus diagendakan sebagai ajang penyaluran aspirasi serta pembelajaran bagi perempuan.

Selain aksi, aliansi juga harus membuat diskusi-diskusi di tiap kampus yang ada di NTB agar perempuan NTB berani bersuara bahkan memperjuangkan hak mereka.

Penindasan yang dihadapi oleh kaum perempuan tidak terlepas dari sejarah penindasannya, dimana perempuan dibatasi perannya terhadap akses produksi sehingga menempatkannya pada posisi makhluk nomor dua.

Mengakarnya budaya feodal patriarkal membuatnya terkurung pada rana-rana domestik dan dalam masyarakat dipandang tidak mampu, lemah, tidak berdaya, pemuas nafsu, serta selalu dipandang rendah. Sehingga kasus pelecehan seksual, pemerkosaan, pembunuhan, KDRT, serta kekerasan seksual lainnya yang sering terjadi.

Selain itu akses perempuan terhadap pengembangan diri serta kesadarannya sengaja dibatasi dan ingin dimatikan oleh kebudayaan feodal patriarkal.” Ujar Ahmad Badawi Alwi Ketua FMN Mataram.

Badawi juga menyerukan kepada kaum perempuan untuk mau menghimpun diri dalam organisasi dan berjuang bersama sektor rakyat tertindas lainnya. Sebab, perjuangan melawan kebudayaan terbelakang feodal patriarkal adalah perjuangan bersama, bukan hanya kaum perempuan.

“Untuk itu, ditengah semakin kompleksnya persoalan perempuan serta rakyat yang selalu terkait satu sama lain, perempuan sebagai bagian yang sadar harus siap terlibat dalam memajukan dirinya dengan cara belajar, mengorganisasikan diri dan berjuang bersama seluruh rakyat tertindas lainnya demi mencapai masa depan yang jauh lebih baik. Kebudayaan kolot feodal patriarkal adalah musuh manusia bukan hanya perempuan. Olehnya itu, perjuangan perempuan tidak akan pernah terpisah dari perjuangan rakyat tertindas lainnya.” Tambahnya.

Kabarbaru Network

https://beritabaru.co/

About Our Kabarbaru.co

Kabarbaru.co menyajikan berita aktual dan inspiratif dari sudut pandang berbaik sangka serta terverifikasi dari sumber yang tepat.

Follow Kabarbaru

Get it on Google play store
Download on the Apple app store