Jurnalis: Sri Hartutik Sandora
KABARBARU, JAKARTA – Perayaan hari raya Nyepi adalah peringatan hari raya bagi umat Hindu yang dilaksanakan setiap Tahun Baru Saka. Selama perayaan Nyepi khususnya pada pulau Dewata biasanya menjadi sepi. Hal ini karena suasana khidmat yang mengharuskan masyarakat di bali sendiri untuk berdiam diri di rumah.
Kemudian, selama hari Nyepi masyarakat tidak diperbolehkan untuk menyalahkan cahaya dan api. Selain itu ada banyak upacara adat yang dilangsungkan dalam menyambut Hari raya Nyepi di Bali.
Berikut rangkaian upacara adat yang berlangsung dalam menyambutnya:
Ritual pertama yang mengawali perayaan Nyepi di Bali yakni ritual Melasti. Yang mana upacara ini memiliki tujuan untuk menyucikan diri sebelum melaksanakan Nyepi. Biasanya ritual Melasti dilakukan di pura yang berada di dekat laut. Salah satu rangkaian Nyepi di Bali ini berlangsung tiga atau empat hari sebelum ritual Nyepi berlangsung.
Kemudian, rangkaian di Bali dilanjutkan dengan Tawur Kesanga atau Mecaru. Tradisi ini biasanya dilaksanakan H-1 sebelum perayaan. Rangkaian Tawur Kesanga ini identik dengan pawai festival ogoh-ogoh. Dimana bagi masyarakat Hindu Bali, ogoh-ogoh merupakan representasi dari sifat buruk dan jahat manusia. Maka dari itu, pada akhir perayaan ogoh-ogoh akan dibakar sebagai simbol pembersihan sifat jahat manusia yang dilenyapkan dalam ritual Nyepi.
Selanjutnya setelah pelaksanaan ritual Nyepi rangkaian acaranya belum selesai begitu saja. Khidmatnya perayaan Nyepi di Bali dilanjutkan dengan Ngembak Geni. Yang mana pada ritual ini biasanya masyarakat Bali akan saling berkunjung ke sanak saudara atau melakukan dharma shanti. Penutup rangkaian nyepi ini menjadi pertanda untuk memulai lembaran baru dengan hati yang bersih. Para pemuda juga akan melakukan omed-omedan usai tradisi Ngembak Geni. Yakni festival saling mencium ini dilakukan untuk mempererat keakraban antar umat Hindu.