Kedelai Mahal, Produsen Tahu di Bojonegoro Menjerit
KABARBARU, BOJONEGORO – kacang kedelai (mahal) impor harganya semakin melambung tinggi. pada hari Jum’at (4/3) harganya tembus Rp 11.800 per kilogram.
Produsen tahu di Kelurahan Ledok Kulon, Kecamatan Bojonegoro, semakin menjerit dan bertambah yang gulung tikar. Para produsen tahu masih bertahan sebab takut kehilangan pelanggan.
Ketua Paguyuban Produsen Tahu Ledok, Pranyoto menyampaikan jika harga kacang kedelai (mahal) impor sudah mencapai Rp. 11.800 per kilogram itu sudah tidak masuk akal. Para produsen tahu semakin sengsara, karena tidak bisa mendapat laba. Pihaknya mengaku bakal rapat dengan para produsen tahu terkait sikap mogok produksi tahu. Minggu, (06/03/2022).
“Secepatnya kami akan rapat bersama. Karena sebelumnya saya sudah menginformasikan kepada para produsen agar mogok produksi apabila harga kacang kedelai impor lebih dari Rp 11.500,” jelasnya.
Melambungnya harga kacang kedelai impor ini diperkirakan merata secara nasional. Selama ini stok kacang kedelai impor tidak pernah langka, namun dalam seminggu harga bisa tiba-tiba naik.
“Minggu lalu harganya masih Rp 11.100 per kilogram, lalu sempat naik Rp 11.400, naik lagi Rp 11.600, lalu hari ini (kemarin, Red) Rp 11.800 per kilogram,” bebernya.
Beberapa hari terakhir stok minyak goreng curah maupun kemasan sangat terbatas. Sehingga hall tersebut tentu menambah penderitaan para produsen tahu. Para produsen tahu tidak akan produksi tahu apabila tidak punya stok minyak goreng.
“Karena ketika sudah produksi tahu mentah itu hanya bisa bertahan satu hari. Apabila lebih dari satu hari sudah basi,” terangnya.
Berdasar pantauannya, lebih dari sepuluh produsen tahu di Ledok Kulon sudah gulung tikar akibat tingginya harga bahan baku. Ada yang merantau ke luar Jawa. Juga banting setir jadi kuli bangunan, serta ada yang jadi karyawan produsen tahu di tempat lain.
Pihaknya sendiri mengaku bertahan dengan sekuat tenaga, karena kalau berhenti produksi bakal kehilangan pelanggan.
“Saya sudah berjualan sekitar 23 tahun, jadi ya untung maupun rugi tetap produksi biar tidak kehilangan pelanggan,” jelas produsen berjualan di pasar kawasan Blora.