Perusahaan Common Seas Luncurkan Video Animasi Suarakan Pelestarian Lingkungan

Kabar Baru, Jakarta – Perusahaan sosial Common Seas Indonesia meluncurkan video animasi yang menyuarakan pelestarian lingkungan hidup atas risiko serius yang ditimbulkan polusi plastik terhadap kesehatan dan lingkungan.
Common Seas saat ini sedang menyelidiki potensi efek berbahaya dari partikel plastik dalam darah manusia.
Dalam video animasi itu, Aktor Inggris, Stephen Fry mengatakan keberadaan partikel plastik dalam darah menjadi perhatian khusus. Animasi tersebut didasarkan pada penelitian global yang dilakukan Common Seas, yang menemukan mikroplastik telah mencemari darah pada hampir 8 dari 10 manusia.
“Ada sesuatu yang harus kau ketahui tentang plastik. Itu mengalir di dalam darahmu, darahku, dan juga darah orang lain. Seharusnya ini tidak boleh terjadi. Namun, inilah kenyatannya. Bagaimana ini terjadi? Lihatlah di sekitarmu,” kata aktor dan penyiar radio tersebut.
Animasi itu menunjukkan proses masuknya partikel plastik dari pakaian, cat, mainan, dan kemasan ke makanan, air, udara, dan, pada akhirnya, tubuh manusia.
“Semua pakaian, cat, mainan, dan kemasan Anda terbuat dari plastik. Semakin lama itu digunakan semakin memperburuk keadaan. Plastik dapat mencemari udara dan air kita, dan masuk ke makanan kita,” jelasnya.
Lebih lanjut, Stephen Fry memaparkan, Common Seas saat ini berupaya mengurangi aliran sampah plastik yang berdampak buruk bagi masyarakat Indonesia. Pasalnya, plastik mengancam kesehatan manusia. Oleh karena itu, dia mengajak untuk menghentikan aliran plastik ke laut, ke dalam tubuh, dan dunia.
“Common Seas mendukung Pemerintah Indonesia untuk melaksanakan Rencana Aksi Nasionalnya. Kami bertujuan mengurangi penggunaan popok sekali pakai secara dramatis yang saat ini menyumbang 50% dari sampah plastik yang ditemukan di saluran air setempat,” tegasnya.
Diketahui, Indonesia merupakan negara dengan dua sungai paling tercemar di dunia. Masalah tersebut kian memburuk lebih dari 80% kota di Indonesia akan kehabisan ruang untuk digunakan sebagai tempat pembuangan akhir dalam tiga tahun ke depan. Sementara pemerintah Indonesia telah berkomitmen mengurangi plastik dan polutan laut lainnya hingga 70% pada 2025.
Masyarakat Indonesia yang menyadari bahaya plastik bagi kesehatan didorong untuk bergabung dengan lebih dari 60.000 orang yang telah menandatangani petisi internasional Common Seas.

Semantara, COO Common Seas Indonesia, Celia Siura menyatakan, sepanjang Sungai Brantas terjadi kerusakan lingkungan, sosial, dan ekonomi yang disebabkan oleh masuknya aliran sampah plastik ke saluran air.
“Terdapat 1,5 juta sampah popok sekali pakai yang dibuang di Sungai Brantas setiap harinya. Gambaran ini menunjukkan bagaimana sampah plastik dapat berurai serta mencemari suplai air dan darah kita,“ ungkap dia.
Selain itu, CEO Common Seas, Jo Royle, mengatakan semua pihak mesti mengetahui dampak plastik. Mikroplastik telah terbukti menyebabkan peradangan, masuk ke dalam plasenta, dan menumpuk di organ tubuh manusia. Ketika planet semakin dipenuhi oleh plastik, kita juga semakin terpapar.
“Kita tahu bahwa orang-orang mengkhawatirkan keberadaan partikel plastik dalam darah mereka dan mereka ingin mengetahui lebih banyak terkait hal tersebut,” terangnya.
Dia menekankan, masyarakat mengurangi paparan terhadap plastik. Pemimpin dan pengusaha harus mengurangi produksi plastik secara signifikan dengan berinvestasi pada alternatif plastik dan sistem penggunaan ulang.
“Sebagai warga negara, kita perlu meminta pertanggungjawaban pemerintah dan industri. Mereka bertanggung jawab untuk melindungi kita dan dunia kita dari bahaya,” tegasnya.
Dia pun menyatakan bahwa Common Seas adalah perusahaan sosial yang menangani krisis polusi plastik dengan mendorong kebijakan baru, berinvestasi dalam ekonomi sirkular, dan mengatalisasi perubahan budaya dalam cara kita membuat, menggunakan, dan membuang plastik.
Common Seas memiliki misi untuk mengurangi jumlah plastik yang diproduksi dan mencegah masuknya sampah plastik ke sungai dan laut kita secara cepat dan signifikan.
“Common Seas bekerja secara global dan memiliki tim lapangan di Inggris, Yunani, Indonesia, dan Maladewa. Misalnya, di Jawa Timur, tim mendirikan usaha popok bayi yang terbuat dari kain bersama ibu-ibu setempat untuk menghentikan aliran popok sekali pakai ke Sungai Brantas,” tutupnya.
Video Terkait: