Menjawab Potensi Konflik dengan Pendidikan Berbasis Hati
Jurnalis: Joko Prasetyo
KABARBARU, JAKARTA – Bedah Buku Internasional ‘Petunjuk Nabawi Menghadapi Fitnah dan Mengatasi Konflik’ Karya Al-Alamah Al-Habib Umar bin Hafidz Yaman
Beberapa waktu belakangan ini, kehidupan di lintas kawasan regional, nasional, bahkan internasional seringkali dipenuhi berbagai kabar bertema konflik antar manusia. Mulai dari peperangan, kekerasan, intoleransi, sampai diskriminasi pendapat turut mewarnai perjalanan sejarah global sampai saat ini. Terlebih, akar dari peristiwa-peristiwa konflik tersebut banyak tumbuh dari persoalan keyakinan atau agama.
Perbedaan penafsiran nilai-nilai yang dimuat dalam keyakinan beragama seringkali tumbuh menjadi pendangan yang saling bergesekan, dan bahkan terus berkembang menjadi pemicu fitnah dan konflik berkepanjangan. Seperti di Timur Tengah dan marak tumbuhnya potensi serupa di kawasan-kawasan lainnya. Menanggapi problematika serius di era penuh konflik tersebut, salah satu tokoh sentral, ulama besar umat Islam saat ini, Habib Umar bin Hafidz Yaman menhimpun ceramah-ceramah dan pandangan keilmuannya dalam sebuah buku yang terkini menjadi salah satu best-seller internasional.
Buku tersebut mulai beredar dan ramai diminati oleh banyak kalangan di Indonesia. Berjudul “Petunjuk Nabawi Menghadapi Fitnah dan Mengatasi Konflik”, buku tersebut merupakan hasil kolaboratif ARLIC Indonesia dan Nurani Publishing dalam menghimpun khazanah keilmuan dari Habib Umar bin Hafidz yang bersumber langsung secara komperhensif kepada teks-teks pokok dan sunnah Rasulullah Muhammad SAW.
Melalui buku ini, pembaca disajikan berbagai uraian dengan sumber-sumber yang membawa kontruksi pandangan agama Islam yang inklusif dan kontekstual. Terutama menekankan dalam bidang pendidikan berbasis hati, buku ini merupakan salah satu referensi yang strategis untuk menjawab problematika kehidupan di zaman yang dipenuhi konflik.
“Pendidikan itu bukan hanya membentuk orang menjadi alim, tapi juga membentuk orang menjadi arif. Karena banyak masalah yang lahir jika ilmu tidak dibarengi dengan kearifan, diakibatkan arogansi keilmuan. Oleh karenanya, pendidikan itu harusnya pendidik yang melembutkan hati.” Ungkap, Abdul Mu’ti, Sekretaris PP. Muhammadiyah, ketika membedahnya, Rabu, 27 Oktober 2021, di Masjid Istiqlal Jakarta.
Dalam kesempatan yang sama, Sekretaris PP. Muhammadiyah tersebut juga menekankan pentingnya umat Islam Indonesia memiliki dan membaca buku yang baru saja diluncurkan ini. Menurutnya, buku ini merupakan referensi yang cocok dan mudah dipahami untuk menciptakan pandangan dan lingkungan beragama yang jauh dari potensi saling memfitnah dan melahirkan konflik antar sesama.
“Buku ini mengajarkan kita menjadi lebih baik tanpa merasa paling baik. Serta berada di jalan yang benar, fii dinil haq, tanpa merasa paling benar.” Lanjutnya.
Buku ini juga mendapatkan banyak respon yang positif. Terutama karena pengaruh Habib Umar bin Hafidz yang sangat besar di Indonesia, baik secara keilmuan maupun komunitas jama’ah, buku ini menjadi sangat penting sebagai medium untuk terus merawat ajaran-ajaran yang dikembangkan Habib Umar bin Hafidz yang terkenal mengedepankan perdamaian dan sesuai dengan konteks keberagaman di Indonesia.
“Buku ini berisi pesan-pesan perdamaian ajaran beliau (Habib Umar bin Hafidz). Baca dengan utuh, supaya kita memahami Manhaj (metode) keilmuan beliau, agar mampu mengontekstualisasikan keilmuan sesuai dengan kebutuhan.” Papar TGB. Muhammad Zainul Majdi, Ulama asal NTB yang hadir di kesempatan yang sama.
Buku ini baru saja diluncurkan dan dibedah secara internasional pada Rabu, 27 Oktober 2021 bertempat di Masjid Istiqlal Jakarta. Mengundang beberapa penanggap berkompeten dari tokoh-tokoh agama Islam yang multi-representatif, turut memberikan legitimasi bahwa buku yang dihimpun dari pemikiran Habib Umar bin Hafidz tersebut layak dan sangat dibutuhkan bagi umat Muslim di Indonesia secara umum.
Beberapa narasumber yang menghadiri bedah buku internasional ini yakni Al-Habib Jindan bin Nauval bin Salim bin Ahmad bin Jindan, Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, Prof. Dr. Abdul Mu’ti, dan Dr. TGB. Muhammad Zainul Mahdi.
Diselenggarakan secara hybrid-system, acara ini diselenggarakan langsung di Masjid Istiqlal Jakarta dan dapat disaksikan secara daring melalui kanal Youtube Nabawi TV. Kesuksesan acara ini merupakan hasil kolaborasi dari ARLIC Indonesia, Majlis Habib Umar Indonesia, Masjid Istiqlal, Nabawi TV, Nurani Publishing, Karya Toha Putra Semarang dan FunIslam.